Jumat, 08 Januari 2010

Para penghuni pegunungan Libanon

bismilah6.jpgAl-Hafidz Abu Zar’ah Dzahir bin Dzahir AL Maqdisy ad-Daari berkisah, “Aku pernah menghadiri majlis Syaikh Abdul Qadir dan beliau berkata, ‘Perkataanku ini ditujukan kepada orang-orang yang datang dari balik gunung Qaf. Mereka yang kakinya menapak di udara dan hati mereka di hadapan Al-Quds. Belitan serban dan tutup kepala mereka seakan akan terbakar karena rasa rindu kepada Tuhan mereka.’ Pada saat itu putra beliau Syaikh Abdurrazaq juga dalam majlis tersebut dan duduk di depan kaki ayahnya. Kamudian beliau menegadahkan kepalanya ke langit. Beberapa saat kemudian beliau menekurkan kepalanya (pingsan_ dan serban yang dijadikan penutup kepalanya terbakar. Sang Syaikh turun dari kursinya dan memadamkan api tersebut seraya berkata, ‘Dan engkau AbduRrazaq adalah salah seorang dari mereka’”. Setelah itu aku bertanya kepada Syaikh AbduRrazaq tentang apa yang menyebabkan ia pingsan, beliau mengatakan, “ketika aku menengadah menatap ke udara, aku melihat orang-orang dengan api di pakaian mereka memenuhi ufuk dan sedang mendengarkan beliau. Di antara mereka ada yang duduk di udara.sebagian yang lain duduk di tanah mendengarkan beliau dan yang lain terbang menyambar-nyambar di tempatnya”.
Syaikh AbduLlah Al-Ashbahani Al-Qamari Al-Jabali berkata, “Pada suatu malam yang diterangi bulan aku mendapatkan para penghuni pegunungan Libanon sedang berkumpul kemudian terbang ke Iraq kelompok demi kelompok. Akupun bertanya kepada sahabatku yang merupakan salah seorang dari mereka tentang penyebabnya, dia menjawab, ‘Khidir as. Memerintahkan kami untuk mendatangi Baghdaddan menghadap seorang Quthb.’ ‘Siapa Quthb tersebut ?’  ‘Syaikh Abdul Qadir ra.’ jawabnya. Kemudian aku memohon kepadanya untuk diizinkan ikut bersamanya. Shabatku mengabulkan permohonanku dan akupun pergi bersamanya tebang di udara. Tak lama kemudian akmi tiba di Baghdad dan akupun melihat para penghuni Jabal tersebut telah berbaris di hadapan sang Syaikh. Pemimpinnya memanggil sang Syaikh dengan sebutan tuanku. Beliau memberikan perintah kepada mereka kemudian menyuruh mereka untuk kembali. Maka merekapun terbang ke tempat semula. Aku berkata kepada sahabatku, ‘Adab dan cepatnya kalian melaksanakan apa yang diperintahkan beliau belum pernah aku lihat sebelum ini’. ‘Saudaraku,’ jawab sahabatku. ‘bagaimana kami tidak melaksanakan perintah itu kepada orang yang berkata, ‘Kedua kakiku ini ada di punggung setiap wali Allah’. Kami telah diperuntahkan untuk menghormati dan mentaatinya’”.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008