Sabtu, 09 Januari 2010

ف dalam الفقير adalah Fana

Musyahadah adalah sesuatu yang tidak bisa dicerap oleh pemahaman. Al Ghaibah adalah (ketiadaan) yang disertai dengan المحبة (kecintaan) adalah sesuatu yang tidak dapat dilukiskan. Apabila hasrat semakin kuat , pikiran terhubung dengannya dan niat semakin kuat maka akan terlahirlah cinta.
Apabila Yang Dituju telah bertahta di dalam jantungnya, maka semuanya akan dikuasai oleh-Nya, keterkuasaan tersebut menanggalkan semua hasrat selain diri-Nya dan merupakan hakikat. Ketika engkau mengingat-Nya maka engkau adalah pecinta. Dan ketika engkau mendengar-Nya menyebutmu maka engkau adalah yang dicintai.
Kemakhlukanmu menghalangi dirmu dari nafsumu, dan nafsumu menghalangimu dari Tuhanmu. الفقر / kefakiran adalah kematian dan orang-orang berkehendak untuk hidup di dalamnya. القال diperuntukkan bagi orang awam, sedangkan الحال diperuntukkan bagi orang Khas.
Apabila dia membahagiakanmu maka engkau akan merasa bahagia dan berubahlah الرخصة (keringanan) yang engkau miliki menjadi azimah yang kemudian berubahn lagi menjadi dilalah (indikator). الرخصة (keringanan) diperuntukkan bagi orang-orang yang kurang keimanannya, sedangkan azimah diperuntukkan bagi mereka yang sempurna keimanannya dan keterkuasaan bagi mereka yang fana.
Ketika seseorang bertanya kepada Syaikh Abdul Qadir tentang makna الفقير beliau berkata, “maknanya adalah ف ق ي ر kemudian beliau menyitir :

ف dalam الفقير adalah Fana / luruh dalam Dzat-Nya dan kosong dari sifat dan hasratnya.

ق dalam الفقير adalah Kekuatan kalbunya (قوي قلب) adalah Sang Kekasih, berdirinya ia karena الله dan dalam keridhaan-Nya.

ي dalam الفقير adalah harap sekaligus takut kepada Tuhannya dan mendirikan takwa dengan sebenar-benarnya.

ر dalam الفقير adalah Riqqah (Kehalusan) dan kebeningan hati serta ditinggalkannya syahwat dari kalbu karena الله.

Kemudian Sang Syaikh melanjutkan, seorang fakir harus berpikiran luas, kuat ingatan, pandai berdebat dan kritis. Tidak menuntut dari Al-Haq kecuali yang hak. Paling lapang dadanya, paling merasa hina dirinya. Tersenyum adalah tertawanya, pertanyaannya adalah pelajaran, pengingat mereka yang lupa dan pelajaaran bagi mereka yang bodoh.

Tidak pernah menyakiti orang yang menyakitinya. Tidak pernah mencampuri urusan orang lain. Banyak memberi, sedikit menyakiti. Wara dari segala sesuatu yang haram dan menahan diri dari segala sesuatu yang syubhat. Penolong bagi orang asing dan ayah bagi mereka yang yatim. Ceria wajahnya, duka hatinya, sibuk dengan pikirannya dan gembira dalam kefakirannya. Menjaga rahasia dan tidak pernah membuka tabir aib.

Lembut gerakannya, bertambah besar berkahnya. Manis pandangannya dan dermawan tangannya. Tajam dzauq (perasaannya), bagus akhlaknya, lembut perangainya bagaikan intan yang mengalir. Banyak diam, bagus perangainya, tenang jika ada yang membodohinya sabar terhadap yang menyakitinya.

Tidak pernah berhenti, kobaran apinya tidak pernah padam, baik oleh adu domba, maupun iri hati, ketergesaan ataupun kedengkian. Hormat kepada yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda. Dipercaya atas amanah dan jauh dari khiyanat. Temannya ketakwaan dan akhlaknya adalah rasa malu.

Banyak berjaga, selalu bergadang. Jarang bercanda, banyak merenung. Mengambil yang sedikit untuk dirinya, memberikan yang banyak untuk saudaranya (sesama muslim). Gerakannya beradab dan perkataannya indah mengagumkan. Tidak pernah mengutuk dan tidak pernah membicarakan keburukan orang lain (ghibah). Tenang, sabar, ridha dan selaluu bersyukur.

Sedikit bicara dan banyak shalat dan puasa. Jujur perkataannya, kokoh hatinya. Gembira dengan datangnya tamu, memberi makan siapapun. Para tetangganya merasa aman darinya. Tidak pernah mengutuk, bergunjing, mencari-cari kesalahan, menghujat, tergesa-gesa, pelupa, iri, dengki dan tidak tahu berterimakasih.

Lidanya terjaga, hatinya penuh duka, perkataannya selalu ditimbang dan pikirannya berkelana kepada segaka hak yang belum terjadi dan telah terajdi.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008