Kamis, 07 Januari 2010

Bersama Syaikh Hammad Ad-Dabbas

____-____-chiniforoush.jpg


Syaikh Abdullah Al-Jaba’I meriwayatkan bahwa Syaikh Abdul Qadir bercerita kepadanya, “suatu ketika timbul keinginan yang kuat dalam hatiku untuk keluar dari Baghdad karena suburnya fitnah yangu tumbuh. Akupun mengambil catatankku dan menggantungkannya di pundakku kemudian menuju Bab Al-Halbah untuk meninggalkan Baghdad menuju padang pasir. Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara berkata kepadaku, ‘mau ke manakah engkau ?’. Dn sebuah dorongan yang membuatku terjatuh. Kemudian suara itu kembali berkata, ‘kembali, orang-orang akan mendapatkan manfaat dari keberadaanmu ‘. ‘apa peduliku dengan makhluk lain , aku keeluar demi keselamatan agamaku’ jawabku. Suara tersebut kembali berkata, ‘kembaliilah dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu ‘.


Setelah itu aku mengalami berbagai kondisi spiritual yang sangat berat sehingga pada suatu malam aku memohon kepada Allah untuk meringankan apayang disingkapkanNya kepadaku. Keesokakn harinya ketika aku melewati Mudzafariyah, seorang pria membuka pintu rumahnya dan bertanya, ‘Apa yang engkau katakana tadi malam ?’ atau ‘Apa yang engkau minta kepada Allah tadi malam ?’ Aku terdiam dan tidak dapat mengingat apa yang aku minta tadi malam. Pria tersebut marah dan membanting pintu rumahnya sampai debu-debu pintu itu berhamburan ke wajahku. Beberapa langkah kemudian baru aku teringat akan permohonanku kepada Allah untuk meringankan penyingkapannya . Seketika terbetik dalam hatiku bahwa pria tadi adalah golongan orang-orang saleh (atau dari golongan wali). Ternyata pria tersebut adalah Syaikh Hammad Ad-Dabbas.

Aku lalu berguru dan tinggal bersamanya. Beliau yang menerangkan kepadaku berbagi penyingkapan yang tak kupahami selama ini. Jika pulang dari menuntut ilmu beliau berkata kepadaku, ’untuk apa engkau dating kepada kami. Engkaku adalah seorang faqih, pergi ke tempat para fuqoha. ‘aku hanya diam dan tak menjawabnya’.

Beliau sering menghina dan memukulku. Di lain kesempatan saat aku pulang menuntut ilmu , beliau berkata, ‘Hari ini ada yang memberikan roti yang banyak beserta lauk pauknya yang lezat kepada kami, saying tidak ada yang kami tinggalkan unutkmu.’ seringnya beliau melakukan hal tersebut membuat para muridnya berkata kepadaku, ‘engkau seorang faqih (ahli hokum), apa yang engkau lakukan di sini’ (atau untuk apa engkau kemari). Ketika beliau mengetahui apa yang dilakukan para muridnya, beliau melindungiku seraya berkata kepada mereka, ‘Hai anjing-anjing, mengapa kalian menyakitinya. Demi Allah tidak ada seorangpun diantara kalian yang aku sakiti seperti tang aku lakukan kepadanya sebagai ujian dan aku melihatnya seperti gunung yang menjulang kokoh tidak bergeming,”.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008