Selasa, 26 Oktober 2010

Risalah Al Muawwanah 27


          Dan wajib bagi kamu memberi nasihat kepada setiap orang islam, dan klimaknya adalah engkau tidak menyembunyikan sesuatu yang engkau lihat, dan mengutarakannya tentang apa yang menjadikan mereka menjadi baik dan menjadi keselamatan bagi mereka sehingga mereka terhindar dari keburukan.
Telah bersabda RasuluLloh SAWW  :
 الدين نصيحة 
Agama adalah nasihat”.
Dan termasuk sebagian dari nasihat adalah kesamaan sikapmu terhadap mereka ketika mereka ada maupun ketika mereka tidak ada, dan engkau tidak memperlihatkan kepadanya kasih sayang dengan lisanmu lebih dari apa yang tersembunyi di dalam hatimu. Dan diantara nasihat kepada muslim adalah jika engkau diajak bermusyawarah tentang sesuatu hal dan engkau melihat bahwa yang baik itu ada pada sesuatu yang bertentangan dengan kecondongan hati mereka, maka engkau memilih apa yang baik dan tidak memilih apa yang menjadi kecondongan hati mereka.
Dan termasuk hal yang bertentangan dengan penasihatan kepada orang islam adalah adanya rasa dengki terhadap orang islam atas apa yang Alloh berikan kepada mereka dari beberapa keni’matan dan kelebihan. Dan asal dari sifat dengki adalah keberatan hatimu atas ni’mat Alloh yang diberikan kepada hamba-Nya baik itu dalam hal urusan dunia maupun urusan agama. Dan klimak dari dengki adalah engkau berangan-angan hilangnya ni’mat darinya. Telah datang penjelasan di dalam hadits bahwa dengki itu dapat membakar kebaikan sebagaimana api yang membakar kayu. Dan dengki itu berseberangan dengan kehendak Alloh SWT di dalam kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya, dan seakan-akan orang yang dengki itu berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah meletakkan ni’mat bukan pada tempatnya”.
Dan tidak menjadi bahaya dengan memendam keinginan atas ni’mat yang Alloh berikan kepada hamba-Nya kemudian ia bersungguh-sungguh meminta kemurahan-Nya.
Dan wajib bagi kamu apabila engkau dipuji oleh seseorang dan engkau dapati hatimu tidak menginginkan pujian itu, kemudian orang tersebut tetap memujimu atas kebaikan yang ada di dalam dirimu, maka ucapkanlah :

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى أظْهَرَ الْجَمِيْل وَسَتَرَ الْقَبِيْح
Segala puji bagi Alloh yang telah menampakkan kebaikan dan menutup keburukan.
Dan apabila terlontar pujian kepadamu sementara engkau tahu bahwa engkau tidaklah demikian seperti apa yang mereka pujikan, maka ucapkanlah sebagaimana sebagian ulama salaf berdoa :

اللهمَّ لأ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ وَاغْفِرْ لِى ماَ يَعْلَمُوْنَ وَاجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْن
Yaa Alloh, jangan engkau hukum aku atas apa yang mereka ucapkan, dan ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui, dan jadikanlah kebaikan bagiku atas apa yang mereka sangkakan.
Adapun dirimu, maka janganlah mengeluarkan pujian kepada seseorang kecuali engkau mengetahui bahwa dengan pujian itu akan menjadikan kebaikannya bertambah. atau karena pujian yang engkau ucapkan itu sebagai penghormatan kepada mereka karena kelebihan mereka, yang mungkin tidak engkau ketahui. Maka pujianmu atas mereka adalah untuk mengetahui kelebihan dan keutamaan mereka dengan syarat hatimu bersih dari dusta dan menjaga dari tergelincirnya orang yang dipuji.
Dan wajib bagi kamu apabila ingin memberikan nasihat kepada seseorang, maka jika memungkinkan sampaikanlah dengan cara yang halus dan perkataan yang lembut dan menghindari dengan mempergunakan perkataan yang jelas dan kasar selama masih memungkinkan ucapan yang lembut tadi dapat difahami. Kemudian apabila orang yang dinasihati tersebut mencari informasi tentang siapa yang memberitahu kepada kita perihal dirinya, maka simpanlah dan jangan diberitahukan agar tidak terjadi permusuhan antara dia dengan orang lain. Dan apabila dia mahu menerima nasihat itu, maka memujilah Alloh dan bersyukur kepada-Nya. Dan apabila nasihat kita tidak diterima, maka kembalilah kepada meneliti diri dan hawa nafsumu, dengan mencaci maki diri sendiri.

Dan apabila kamu diberi amanat oleh seseorang maka jagalah amanat itu dengan lebih bersungguh-sungguh dibanding jika engkau menjaga harta yang menjadi  milikmu sendiri
Dan wajib bagi kamu menyampaikan amanah dan takutlah kamu daripada berbuat khianat.
Sungguh telah bersabda RasuluLloh SAWW :
لا ايمان لمن لا أمانة له
Tiada iman seseorang yang tidak memiliki sifat amanah.

Dan wajib bagi kamu untuk berkata jujur / benar dalam ucapan dan menepati janjimu karena mengingkari janji adalah termasuk tanda-tanda sifat nifaq.
Diterangkan di dalam hadits :
Tanda-tanda nifaq itu ada tiga, apabila berbicara berdusta, apabila berjanji dia ingkar, apabila diberi amanat dia berkhianat.
Dan wajib bagi kamu waspada dari sifat riya’ dan suka berdebat karena dua hal tersebut dapat mengeraskan hati dan dapat melahirkan permusuhan. Dan apabila engkau di debat seseorang dan apa yang ia sampaikan itu benar, maka wajib bagi kamu menerima kebenaran itu darinya karena kebenaran itu lebih berhak untuk diikuti. Atau jika yang disampaikan itu hal yang bathil maka wajib bagimu untuk berpaling darinya, karena yang demikian itu adalah kebodohan. Alloh SWT telah berfirman
واعرض عن الجاهلين
Dan berpalinglah kamu dari orang-orang yang bodoh
...

Selasa, 19 Oktober 2010

Risalah Al Muawwanah 26


Dan takutlah kamu daripada menyakiti hati orang mukmin dengan menolak uluran tangan/kebaikannya, dan hendaklah engkau tahu bahwa apa yang kamu dapatkan melalui perantaraan orang lain tersebut sesungguhnya semua itu hakikatnya dari Alloh  SWT, dan sesungguhnya orang lain tersebut hanya sebagai perantara yang tunduk dan patuh kepada takdir Alloh SWT sehingga dapat menyampaikan kebaikan dari Alloh melalui mereka kepada dirimu.
Dan di dalam penolakan atas pemberian orang lain tersebut terdapat beberapa bahaya besar yaitu bahwasanya kebanyakan orang terbawa perasaan rendah diri kepada orang yang telah menolak pemberian atau kebaikannya. Dan terkadang pula terjadi pada sebagian wanita yang sedang hamil, mereka menolak pemberian, yang demikian ini dimaksudkan untuk memperlihatkan kezuhudan mereka sementara niat hatinya hanyalah untuk mendapatkan posisi atau kedudukan lebih dari orang lain.
Karena alasan inilah sebagian orang ahli hakikat mau mengambil/menerima pemberian orang secara lahiriah kemudian menyedekahkannya secara diam-diam.
Dan diharuskan menolak pemberian dalam beberapa kondisi, bahkan sangat dianjurkan jika engkau mengetahui atau menyangka bahwa apa yang diberikan kepadamu itu adalah sesuatu yang haram, atau engkau menyangka pemberian itu sebagai sedekah untuk kamu sementara kamu berpendapat bahwa engkau bukanlah orang yang pantas dan berhak menerima sedekah itu.
Dan diantara keharusan menolak pemberian adalah jika orang yang memberi tersebut adalah orang zalim yang berlarut-larut dalam kezalimannya, sehingga engkau khawatir apabila engkau menerima pemberian itu maka hatimu akan condong kepadanya. Atau bersangatan persangkaanmu apabila engkau menerima pemberian mereka maka engkau tidak akan dapat menyampaikan kebenaran kepada mereka. Dan termasuk kewajiban untuk menolak adalah apabila enkau mengetahui bahwa maksud pemberiannya itu adalah untuk menyesatkanmu dari jalan Alloh SWT dengan memasukkan rasa senang ke dalam hatimu pada kebatilan atau meninggalkan kebenaran (perkara yang haqq).
Dan termasuk yang dilarang menerimanya adalah dari apa yang diambil oleh hakim dan Amil dan lain sebagainya termasuk juga harta dari pemberian dua orang yang bersengketa atau salah satu dari mereka. Maka semua itu adalah kotor dan haram, maka wajib bagi kamu mengembalikan semua pemberian itu.
Dan takutlah kamu daripada menyakiti orang islam atau menyumpahi mereka tanpa alasan yang benar. RasuluLloh SAWW telah bersabda,

من أذا مسلما فقد أذاني ومن أذاني فقد أذى الله
“Barang siapa yang menyakiti orang islam sesungguhnya ia telah menyakitiku. Dan barang siapa yang menyakitiku sesungguhnya ia menyakiti Alloh.”
Telah bersabda RasuluLloh SAWW, “Menghardik orang islam adalah perbuatan fasik, dan membunuh orang islam adalah kufur”.

Dan takutlah kamu daripada mela’nati orang islam, atau hewan, atau pembantu atau seseorang karena kondisi yang ada pada mereka meskipun  mereka itu orang kafir kecuali kepada mereka yang sudah jelas kematian mereka dalam kekafiran seperti firaun dan abu jahal, atau kepada mereka yang jelas bahwa rahmat Alloh tidak akan sampai kepada mereka seperti iblis. Dan ketahuilah sesungguhnya la’nat yang dikeluarkan seseorang, maka la’nat itu akan naik ke langit dan pintu langit akan tertutup. Kemudian la’nat itu turun ke bumi dan bumi telah menutup dirinya. Kemudian la’nat tersebut mendatangi apa yang dila’nati, sehingga apabila ia dapati maka ia akan sampai kepadanya, namun jika tidak didapati maka la’nat itu akan kembali kepada orang yang mengucapkan la’nat tersebut.
Dan wajib bagi kamu berdamai dengan orang mukmin berkasih sayang dengan mereka dengan memperlihatkan kebaikan mereka dan menutupi aib mereka.
Dan wajib bagi kamu untuk menyambung tali persaudaraan dengan mereka karena menyambung tali persaudaraan memiliki keutamaan lebih daripada salat sunah dan puasa sunah terlebih lagi antara orang tua dan anak, kerabat. Alloh SWT telah berfirman, “Sesungguhnya orang mukmin adalah saudara maka perbaikilah tali persaudaraan diantara kamu sekalian”.
Dan takutlah kamu merusak persahabatan diantara orang mukmin dengan mengadu domba dan menggunjing keburukan mereka dan lain sebagainya dimana hal itu harus dijauhi karena yang demikian itu besar dosanya bagi Alloh Ta’ala.
Adapun yang dimaksud mengadu domba adalah bahwasanya seseorang menukil perkataan dan disampaikannya kepada orang lain dengan maksud menimbulkan pertengkaran diantara kedua orang tersebut.
Telah bersabda RasuluLlah SAWW : la yadkhullul jannah namaam (Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba). Dan telah bersabda pula RasuluLlah SAWW, “Orang yang paling dimurka Alloh diantara kamu sekalian adalah orang yang merusak tali kasih sayang dengan mengadu domba, yang memisahkan tali persaudaraan, dan menggunjing orang (ghaibah) yaitu menceritakan keadaan seseorang tentang sesuatu yang tidak disenangi oleh orang yang dipergunjingkan baik orang itu hadir ataupun tidak, baik orang yang digunjing tadi mengetahui atau tidak, baik dengan bahasa yang jelas atau isyarat.
Telah bersabda RasuluLloh SAWW :
كل المسلم عل المسلم حرام دمه وماله وعرضه
“Bagi setiap orang muslim haram darahnya dan hartanya dan kehirmatannya”
Telah bersabda pula RasuluLloh SAWW
الزنا من اشد الغيبت
“Ghaibah itu lebih berat dosanya daripada zina”
Allah SWT telah member wahyu kepada Nabi Musa AS, “Barang siapa mati dalam keadaan taubat dari ghaibah maka ia adalah orang terakhir yang masuk surge. Dan barang siapa yang mati sebagai tukang ghaibah maka ia adalah orang yang paling awal masuk neraka”
Dan takutlah kamu daripada berbuat aniaya karena sesungguhnya perbuatan aniaya dapat menjadi kegelapan di hari kiyamat, terutama berbuat aniaya kepada hamba Alloh karena yang demikian itu tiada akan dibiarkan oleh Alloh.
Telah bersabda RasuluLloh SAWW, “Sesungguhnya yang menderita kerugian dari umatku adalah mereka yang datang pada hari kiyamat dengan kebajikan yang banyak, dan pula diapun telah melakukan pemukulan demikian….dan menghardik, dan mengambil harta orang lain. Maka diambilkan dari kebaikannya. Apabila amal kebaikannya telah habis, maka diambilkan dari keburukan (orang yang telah dianiaya) dan ditambahkan kepada timbangan kejahatannya kemudian dihalaulah dia  ke dalam neraka”.
Apabila kamu jatuh dalam perbuatan aniaya kepada seseorang, maka segeralah  keluar daripadanya dengan meminta qishas dan meminta halalnya, dan mengembalikan barang yang diambil jika perbuatan aniaya itu berkaitan dengan harta benda.
Telah datang keterangan di dalam hadits, “Barang siapa terdapat perbuatan aniaya atas saudaranya, maka memintalah halal kepadanya sebelum datang suatu hari dimana tidak ada dinar maupun dirham.”
Dan wajib bagi kamu untuk memelihara darah kaum muslimin dan kehormatan mereka dan harta benda mereka baik kerika mereka ada maupun ketika mereka pergi sebagai mana kamu memelihara milikmu, karena barang siapa yang menolong seorang muslim maka Alloh akan menolongnya, dan barang siapa merendahkan orang islam maka Alloh akan merendahkannya.
...

Selasa, 12 Oktober 2010

AKHLAK


Alloh SWT berfirman :
وانك لعللى خلق عظيم
    Dan sesungguhnya Engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Al-Qalam 4)

 
    Dari Anas bin Malik diriwayatkan tentang makna "yang paling baik akhlaknya" ditanyakan kepada Nabi SAWW, "Ya rasululLoh, siapakah orang mukmin yang paling utama imannya ?"
    Jawab beliau, "yang paling baik akhlaknya".
    Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq berkata, "Akhlak yang baik adalah perjalanan hamba yang paling utama. Dengan akhlak yang baik maka cahaya sikap kesatrianya akan Nampak. Manusia yang tertutup (mastur) dari makhluk akan tersingkap akhlaknya".
    Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, "Sesungguhnya Alloh mengkhususkan Nabi-Nya dengan apa-apa yang memang hanya dihususkan untuknya. Dia tidak memujinya dengan sesuatu dari sifat-sifatnya seperti yang dipujikan oleh makhluk-Nya. Alloh menegaskan fainnaka la'alla khuluqin adim.
"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung". Sedangkan menurut tafsiran Muhammad Al-Washiti, ayat tersebut bermakna Tuhan mensifati Nabi Muhammad SAWW dengan akhlak yang agung karena beliau adalah manusia terbaik diantara penduduk alam dan cukup dengan pujian Alloh. Dia juga mengatakan, bahwa akhlak yang agung adalah ketiadaan orang yang membantah dan dibantah karena pengetahuannya yang begitu mendalam mengenai Alloh. Makna akhlak yang mulia menurut Husin bin Mansur adalah ketiadaan buih (kesia-siaan) bekas makhluk dalam diri seseorang setelah pencapaian penglihatan pada Al Haqq. Sedangkan menurut Ahmad bin Isa Al Kharaz adalah ketiadaan keinginan atau cita-cita selain yang ditujukan kepada Alloh.
    Menurut Muhammad Al-Kattani akhlak tercermin dalam sikap sufi. Artinya tasawuf adalah akhlak yang menjadi bekal dalam kebersamaanmu dengan Alloh.
    Fudhail bin Iyadh berkata, "Seandainya seorang hamba memperbaiki semua kebaikannya sementara dia mempunyai seekor ayam lalu memperlakukannya dengan tidak baik, maka dia bukanlah seorang yang berakhlak.
    Dikatakan bahwa Ibnu Umar RA jika melihat salah seorang budaknya yang memperbaiki salatnya maka dia memerdekakannya. Akhlaknya yang demikian itu sempat diketahui oleh budak-budak yang lain, maka mereka memperbaiki salatnya dengan menampak-nampakannya di hadapan Ibnu Umar dan Ibnu Umar memerdekakan mereka. Seseorang memprotesnya, "mereka shalat dengan ria" lalu dijawab, barang siapa menipuku didalam Alloh, hakikatnya dia sesungguhnya menipu saya karena Alloh".
    Harits Al-Muhasibi berkata, "Kami mencari tiga hal yang hilang yaitu eloknya wajah bersama pemeliharaan kesucian diri, bagusnya ucapan bersama amanat, dan bagusnya persaudaraan bersama pemenuhan". AbduLlah bin Muhammad Ar-Razi berkata, "Budi pekerti adalah sikap yang menganggap kecil pada apa yang berasal darimu, dan menganggap besar dari apa yang berasal dari selain dirimu".
    Ditanyakan pada Ahnaf bin Qais, "Dari siapa Tuan belajar akhlak ?"
    "Dari Qais bin Ashim Al-Munqiry".
    "Sampai sejauh mana akhlaknya ?"
    "Ketika kami duduk di rumahnya, tiba-tiba seorang budak wanita datang dengan mebawa besi panas, sebagai alat pemanggang daging. Benda itu lepas dari tangannya dan jatuh menimpa anak laki-laki Qais sehingga menyebabkan kematian-nya. Budak itu sangat ketakutan, tetapi Qais justru menghiburnya dengan megatakan, "Jangan takut, engkau bebas karena Alloh".
Syah Al-Kirmani berkata, "Tanda akhlak yang baik diantaranya menahan penderitaan dan menangggung siksaan." RasuluLloh SAWW bersabda, "
انكم لن تسعواالناس باموالكم فسعواهم ببسط الوجه وحسن الخلق
"sesungguhnya kamu tidak akan bisa memuaskan manusia dengan hartamu, puaskanlah mereka dengan kecerahan wajah dan bagusnya budi pekerti".
Ditanyakan kepada Dzunun Al-Mishri, "Siapakah yang paling menggelisahkan manusia ?"
"Yang paling buruk akhlaknya".
Wahab mengatakan bahwa tidaklah seseorang yang menjalankan akhlak yang baik selama 40 hari melainkan Alloh SWT akan menjadikan akhlak itu sebagai karakternya.
Firman Alloh SWT berfirm :
وثيابك فطهر
"Dan pakaianmu maka sucikanlah".
    Dikatakan bahwa ada seorang dari jama'ah haji memiliki seekor kambing. Dia melihatnya sedang terpancang di atas tiga tombak.
    "Siapa yang melakukan ini ?"
    "Saya," Jawab seorang anak budak.
    "Kenapa engkau lakukan ini ?"
    "Untuk menjagamu ". Kata budak itu.
    "Tidak, bahkan untuk menutupi perkaramu. Pergi dan engkau kini bebas." Jawabnya.

 
    Ditanyakan kepada Ibrahim bin Adham,"Apakah egkau pernah bahagia di dunia ?"
    "Ya..dua kali".
    "Apa saja itu ?"
    "Pertama, ketika saya sedang duduk, datang seseorang mengencingi saya. Kedua, ketika saya duduk, datang seseorang dan langsung menampar saya".
    Adalah Uwais Al-Qarni apabila terlihat oleh anak-anak, maka mereka akan melempirnya dengan batu.
    "Anak-anak, "Sapanya lembut.
    "Jika kalian hendak melampariku dengan batu, saya mohon lemparilah dengan batu-batu yang kecil, agar lutuku tidak pecah sehingga menghalangiku dari mengerjakan shalat".

 
    Ada seorang lelaki bengis mencaci maki Ahnaf bin Qais. Lelaki itu terus mengikutinya sambil mengeluarkan kata-kata kotor sampai dia malu sendiri dan berhenti dari mencaci maki.
    "Wahai kawan ," Sapa Ahnaf.
    "Jika masih tersisa sesuatu di hatimu, maka muntahkanlah sekarang saja agar para ulama fikih tidak mendengarmu sehingga mereka akan mengadilimu".

 
    Ditanyakan pada Hatim Al-Asham," Apakah tiap orang memiliki tanggungan ?"
    "Ya, kecuali dirinya," jawabnya.

 
    Dikisahkan bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib RA memanggil seorang budak dan budak itu tidak menyahutinya. Beliau mengulanginya sampai tiga kali dan tetap tidak mendapat respon. Khalifah melangkah mendekat dan melihat budak itu sedang berbaring enak-enakan.

 
    "Apakah kamu tidak mendengar wahai bujang ?"
    "Mendengar," Jawabnya ringan.
    "Apa yang membuatmu tidak menyahut ?"
    "Saya merasa aman dari ancaman siksamu, karena itu saya bermalas-malasan."
    "Pergilah, engkau bebas karena Alloh". Jawab Khalifah Ali RA.

 
    Diriwayatkan bahwa Ma'ruf Al Kharqi turun ke sungai Daljah untuk mengambil wudhu. Dia letakkan mushaf dan jubah luarnya, tiba-tiba datanglah seorang wanita dan mengambil dua barang itu. Ma'ruf melihat lalu membuntutinya.
    "Wahai saudariku, "sapanya. "Saya adalah Ma'ruf AL-Kharqi. Anda jangan takut sebab anda tidak bersalah. Apakah engkau memiliki anak yang bisa membaca ?"
    "Tidak."
    "Sudah menikah ?"
    "Belum"
    "Kalau begitu, kembalikan mushaf saya dan ambilah baju itu".
   
    Sekelompok pencuri memasuki rumah Syaikh Abu AbduRrahman As-Sulami dengan terang-terangan. Mereka berlagak seolah – olah tidak merasa takut. Mereka mengambil semua apa yang dijumpainya. Abu AbduRrahman mengetahuinya, namun membiarkan mereka pergi dengan begitu saja. Pada hari berikutnya dia keluar dan menemukan sesuatu yang berkaitan dengan kasus pencurian.
    "Ketika saya melewati pasar,"jelasnya..,"saya melihat jubah saya pada seseorang yang sedang menawarkannya. Saya segera berpaling dan tidak menoleh kepadanya."
    Ahmad Al-Jariri berkata, "Saya kembali dari Makkah dan segera mendahului Al-Junaid agar dai tidak menyulitkan saya (melayaniku sehingga membuatku sibuk membalasnya). Saya ucapkan salam kepadanya kemudian meninggalkannya dan terus beranjak pulang. Ketika saya shalat subuh di masjid, tiba-tiba dia berada di shaf belakang saya. Selesai shalat, saya berkata kepadanya, "Kemarin saya mendahuluimu supaya engkau tidak menyulitkan saya".
    Dia menjawab, "Itu adalah keutamaanmu dan ini adalah hakmu".
    Abu Hafsh pernah ditanya mengenai akhlak lalu dijawab, "Akhlak adalah apa yang dipilihkan Alloh SWT untuk Nabi-Nya sebagaimana yang tertulis di dalam firman-Nya :
خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهاين
    "Jadilah pemaaf, dan suruhlah orang berbuat kebajikan, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh".

 
    Disamping itu, banyak pendapat yang memberikan makna akhlak dalam beberapa pengertian. Ada yang mengartikan sebagai keberadaan seseorang yang dekat dengan manusia dan disertai keterasingannya dengan hal-hal yang berlaku di tengah-tengah kehidupan mereka. Ada juga yang mengartikan sebagai penerimaan sesuatu yang mendatangi dari kesia-siaan makhluk dan kepastian Al-Haqq, tanpa merasa jemu dan gelisah.

 
    Abu Dzar Al-Ghifari datang ke kolam hendak mengambil air untuk air minum untanya. Akan tetapi sebagian pengambil air yang lain menyerobotnya dengan kasar. Abu Dzar hanya bisa memandang , lalu duduk kemudian berbaring. Seseorang yang melihatnya heran dan bertanya, kemudian dijawab, "Sesungguhnya RasuluLloh SAWW memerintahkan kita jika seseorang marah, maka hendaknya ia duduk. Jika dengan duduk tidak juga hilang, maka hendaklah ia berbaring".

 
    Disebutkan di dalam kitab injil, "Hamba-Ku, ingatlah Aku ketika engkau marah, maka Aku akan mengingatmu ketika Aku marah".
    Luqman bertanya kepada anaknya," Tidak akan diketahui tiga hal kecuali dalam tiga hal : Kasihan ketika marah, keberanian ketika dalam perang, persaudaraan ketika dibutuhkan". Nabi Musa AS pernah mengadu kepada Alloh SWT, "Tuhan saya memohon kepada Engkau untuk mengatakan kepadaku apa yang tidak ada pada diriku". Alloh mewahyukan kepadanya, "Engkau tidak melakukan demikian untuk-Ku, maka bagaimana Saya memperlakukanmu ?"
    Yahya bin Ziad Al-Haritsi memilki seorang pelayan yang sangat buruk akhlaknya. Tetangganya heran lalu menanyakan kepadanya, "Mengapa engkau pertahankan pelayan itu,"
    "Supaya saya bisa mengajarinya sifat asih," Jawabnya.
    Firman Alloh SWT :
    واصبغ عليكم نعمه ظاهراوباطنا
 
    "dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya yang lahir maupun yang bathin".
    Dalam ayat ini terkandung pengertian bahwa nikmat lahir adalah kelurusan akhlak, sedangkan nikmat bathin adalah kejernihan budi pekerti. Al Fudhail bin Iyadh mengatakan, "berkawan dengan orang durhaka yang berakhlak baik lebih saya sukai daripada berkawan dengan orang ahli ibadah yang berakhlak buruk". Dikatakan bahwa akhlak yang baik adalah kemampuan memikul sesuatu yang dibenci dengan menggantinya dengan kebaikan yang ia tebarkan.
    Diriwayatkan bahwa Ibrahim bin Adham keluar melewati segerombolan tentara. Seseorang dari mereka menemuinya dan berkata, "Dimana tempat hiburan ?" Ibrahim menunjuk ke arah kuburan. Wajah tentara itu memerah. Dia tersinggung dan langsung memukul kepada Ibrahim. Setelah dia pergi, seseorang memberitahukan tentara itu bahwa yang dipukulnya adalah Ibrahim bin Adham seorang ulama sufi yang zuhud yang berasal dari khurasan. Tentara itu terkejut dan ia menyesali perbuatannya dan langsung pergi menyusul Ibrahim.
    "Tuan maafkanlah saya, saya menyesal telah memukul tuan"
    "Ketika engkau memukul saya." Kata Ibrahim, "Saya memohonkan kepada Alloh surga untukmu".
    "Mengapa ?"
    "Saya tahu bahwa saya memasukkan perangkap terhadapmu. Saya tidak ingin mendapatkan bagianku yang baik darimu dan bagianmu yang buruk dariku".
    Diceritakan bahwa Said bin Ismail Al-Hirri diundang seorang laki-laki untuk jamuan makan. Ketika sampai di depan pintu rumahnya, lelaki itu berkata, "Wahai Ustaz, bukan sekarang waktunya. Saya menyesal tidak bisa mengabarimu terlebih dahulu".
    Abu Said pulang, dan sebentar kemudian kembali lagi. Ketika tiba didepan pintu, tuan rumah buru-buru keluar sambil menyapa,"Maaf Ustaz, undangan belum dimulai. Saya menyesal belum sempat mengabari ustaz. Datanglah sejam kemudian".
    Abu Said berdiri mohon pamit kemudian pergi. Pada saat yang dijanjjikan tiba, dia berangkat dan ketika sampai di depan pintu, ia memperoleh jawaban yang sama sepeti semula. Dia pulang, datang lagi dan kembali pulang sampai bebeapa kali. Lelaki itu kagum menyaksikan ketabahan Abu Said. Dai menyesali sikapnya.
    "Wahai Ustaz, saya hanya ingin mengujimu," Kata lelaki itu seraya menyambutnya dengan rasa hormat.
    "Jangan kau memujiku atas dasar perilakuku yang kau teukan seperti anjing. Anjing jika dipanggil dia datang, dan jika dicegah dia pergi." Abu Said kemudian pergi seolah tidak terjadi apa-apa.
    Abu Said ketika melewati sebuah gang besar, seseorang menumpahkan abu kotor dari balkon rumahnya. Teman-temannya yang melihatnya marah. Mereka mencaci maki orang yang melempar abu yang kotor tadi.
    "Janganlah kalian mengatakan sesuatu. Barang siapa yang patut mendapat siksaan neraka, lalu menerima lemparan abu itu dengan baik, maka baginya tidak boleh marah". Katanya.
    Dikatakan bahwa ada seorang fakir yang singgah di rumah Ja'far bin Hanzalah. Ja'far melayaninya dengan baik. Orang fakir itu berkata,"Sebaik lelaki adalah engkau jiak saja engkau bukan orang yahudi".
    "Akidahku tidak akan menodai apa yang engkau butuhkan untuk dilayani. Mintalah kesembuhan pada dirimu sendiri, sedang diriku butuh hidayah".
    Diceritakan bahwa AbduLlah seorang penjahit, menenerima jahitan dari seorang Majusi. Setelah selesai, orang majusi tersebut membayarnya dengan uang palsu dan AbduLlah menerimanya. Bertepatan dia hendak keluar karena suatu urusan, majusi tadi datang lagi untuk membayar ongkos jahitan yang kesekian kalinya. Murid AbduLlah yang menerimanya mengetahui bahwa yang diterimanya itu adalah uang palsu maka dia menolaknya. Bahka orang majusi itu diserahkan kepada seorang peneliti uang. Beberapa saat kemudian AbduLlah datang dan bertanya kepada muridnya, "Mana baju majusi itu ?"
    Murid itu menceritakan kepada sang guru apa yang telah terjadi. Tentang kebohongannya, kepalsuannya, penolakannya, dan tindakannya kepada majusi itu.
    "Buruk sekali apa yang telah engkau lakukan !. sudah berapa kali dia memperlakukan saya seperti itu, dan saya sabar menerimanya. Uang palsu itu saya lemparkan ke sumur agar tidak menumbulkan bahaya kepada orang lain." Tegur AbduLlah.
    Akhlak yang buruk menyempitkan hati pemiliknya karena tidak memperluaskan tempat selain yang dikehendaknya sebagaimana tempat yang sempit yang tidak tidak memberi keleluasaan selain pemiliknya. Akhlak yang baik tidak akan menjadikan engkau berubah sebab karena seseorang yang berdiri di shaf di sampingmu. Sedangkan keburukan akhlak terdapat pada kejatuhan pandanganmu pada keburukan akhalak terhadap selainmu. RasuluLloh SAWW pernah ditanya tentang kesialan lalu dijawab," Keburukan akhlak".
    Abu Hurairah RA menceritakan, "Seorang sahabat bertanya"
    "Ya RasuluLloh, mohonkanlah kepada Alloh agar kita dapat menghancurkan orang-orang musyrik." Beliau menjawab, "Saya diutus untuk menebarkan kasih sayang, bukan siksaan".

 
   
...

Template by - Abdul Munir - 2008