Jumat, 08 Januari 2010

Hai Fulan, kami menyerumu



heads-of-shohadah-e-karbala.jpg—Syaikh Abdul Wahab dan Syaikh AbduRrahman berkisah, “perkataan yang biasa beliau pergunakan dalam majlisnya adalah, ‘AlhambuliLlahiRrabbil ‘alamiin, AlhamduluLlahi Rabbil ‘alamiin, AlhamduliLlahi Rabbil ‘alamiin sebanyak ciptaanNya dan seberat ‘arsyNya, seberat keridhaan diriNya, sebanyak kalamNya dan puncak pengetahuanNya dan semua yang Engkau kehendaki. Aku bersaksi bahwa tdak ada Tuhan selain Allah, pemilik kerajaan dan pemilik pujian, Yang menghidupkan dan mematikan. Dia Maha Hidup dan tidak pernah mati. Di tanganNya segala kebajikan dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Tidak ada pembantu, tidak ada menteri, tidak ada penolong. Maha tunggal Dia yang tidak beranak maupun diperanakkan, tidak memiliki bentuk fisik yang dapat dipercantik, tidak ada esensi yang dapat dipercantik, tidak pula memiliki ‘ardh, sehingga ketidak sempurnaan dapat dinisbatkan kepadaNya. Dia tidak memiliki menteri dan tidak pula memiliki sekutu yang ke-Agungannya setara denganNya atau ikut ambil bagian terhadap apa yang diciptakanNya. Tidak ada yang sama denganNya dan Dia Maha Mendengar.

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya, kekasihNya yang dipilihNya dari makhluk-makhlukNya, dan yang telah mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.

Ya Allah Limpahkanlah ridhoMu kepada Imam Abu Bakar Ash-Shidiq yang panjinya berkibar tinggi, yang dikokohkan dengan hakikat, ditempatkan di posisi khalifah sang Pengasih, yang berasal dari keluarga terhormat, yang namanya digandengkan dengan nama beliau SAW dan juga kepada Imam Abi Haffash Umar bin Khatab yang sedikit berkhayal banyak beramal, tidak kenal takut, yang keputusannya disetujui oleh Al-Qur’an dan Sunah. Dan kepada Imam Dzun-Nurain Abu Amru Utsman bin Affan serta kepada Pahlawan dan suami perawan suci, sepupu RasuluLlah SAW, si pedang Allah yang terhunus, pendobrak pintu dan penghancur laskar, Imam dan ulama agama, hakim syar’i yang ditampakkan keajaiban darinya imam Abi Hasanain Ali bin Abi Thalib, juga kepada kedua Syahid agung Hasan dan Husain, serta kepada kedua paman yang mulia Hamzah dan Abas dan kepada para muhajir dan anshar serta para tabi’in dan tabi’i-tabi’in hingga hari kiyamat ya Tuhan Sekalian alam.

Ya Allah luruskanlah para Imam dan pemimpin rakyat, satukan kalbu mereka dalam kebaikan, jauhkan kejelekan dari mereka. Ya Allah Engkau lebih mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati kami maka luruskanlah ia. Engkau Maha Mengetahui dosa-dosa kami, maka ampunilah kami. Engkau Maha Mengetahui aib-aib kami, maka tabirilah semua itu. Engkau Maha Mengetahui kebutuhan kami, maka penuhilah semua itu. Jangan tunjukkan kami yang Engkau larang dan jangan Engkau jadikan kami lalai melaksanakan perintahMu. Muliakanlah kami dengan ketaatan kepadaMu dan jangan hinakan kami dengan kemaksiyatan. Sibukkan kami hanya untukMu. Potong semua yang memutuskan kami dariMu. Dan ilhami kami untuk selalu mengingatmu, bersyukur kapadaMu dan beribadah kepadaMu.

Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan wajahnya dan berkata, “Tiada Tuhan selain Allah, apa yang Ia kehendaki jadi, dan apa yang tidak Ia kehendaki tidak akan terwujud. Maha Kuasa Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuai dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Ya Allah jangan hidupkan kami dalam kelalaian dan jangan Engkau anggap ketidak sengajaan kami. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebaikan yang dilakukannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dilakukannya. (Mereka berdoa) : Ya Tuhan kami jangan Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, jangan Engkau bebankan kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, jangan Engkau pikulkan kakmi apa yang tidak sanggup kami pikul. Beri maafMu untuk kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Diriwayatkan ketika sang Syaikh bangkit dari majlisnya dan mendapati mereka yang tidak beriman dan tidak bertobat beliau berkata, “Hai Fulan, kami menyerumu dan engkau tidak menjawab, kami telah melarangmu namun engkau tidak peduli, kami telah mendorongmu namun engkau tidak bergeming, kami telah tampar engkau namun engkau tidak merasa malu, telah kami singkapkan kepadamu bahwa engkau mengetahui dan kami memperhatikanmu. Bulan berganti tahun kami biarkan engkau dan kefajiranmu yang makin bertambah. Wahai Fulan jika engkau telah mengingkari janji dan sumpah dan kembali kepada kekafiran setelah engkau berjanji kepada kami tidak akan kembali dan setelah kami peringatkan engkau untuk berjalan lurus, dan engkau mengetahui bahwa perlindungan kami terhadapmu tidak abadi, bagaimana dirimu jika kami menolak, mengusir dan tidak menginginkan dirimu serta tidak lagi memperingatkanmu dan menerima pertobatanmu.
Bukankah engkau mengetahui bahwa engkau datang ke pintu kami dengan penuh rasa rendah diri dan berdiri di depan pintu kami dengan kepala tertunduk, mengapa sekarang engkau berpaling dari kami. Betapa ajaibnya orang yang menyatakan cinta kepada kami namun tidak memberikan seluruhnya, betapa ajaibnya orang yang mendapatkan cinta dari kami atau air minum dari keakraban kami namun keluar dari partai kami. Hai fulan, jika engkau orang yang benar maka engkau akan setuju dengan kami, jika engkau memang seorang sahabat maka engkau tidak akan berpaling. Jika engkau termasuk mereka yang mencintai kami, engkau tidak akan melukai pintu kami dan merasa senang dengan penderitaan kami. Hai fulan andai saja engkau tidak diciptakan. Dan kalaupun engkau diciptakan, andai saja engkau mengetahui mengapa engkau diciptakan hai orang yang tidur, bangunlah buka matamu dan lihatlah ke depan bala tentara azab telah menmdatangimu dan kalau bukan karena kemaha Kelembutan Allah niscaya azab tersebut benar-benar telah di timbulkan kepadamu. Wahai yang pergi, yang beralih dan yang tergelincir perbaikilah jalanmu. Engkau berjalan seribu tahun untuk mendengarkan sebuah kalimat dariku wahai saudaraku, jangan engkau tertipu dengan panjangnya umur, kekayaan dan jabatan karena diantara pergantian siang dan malam terdapat berbagai hal ajaib dan peristiwa aneh. Berapa banyak orang sepertimu yang dihancurkan dunia sebelum ini. Berhati-hatilah engkau karena ia (dunia) telah menghunus pedangnya untuk menghabisimu. Semua itu pengkhianatan dan apabila ada kesempatan maka ia akan mempermalukanmu. Berapa banyak orang sepertimu yang dicengkeram dengan cakarnya yang bersinar, di luaskan dunia untuknya sehingga setiap perintahnya diikuti, sumpahnya didengar dan keinginan dan hawa nafsunya diikuti. Baru setelah itu diberikan kepadanya sebuah cangkir berisi racun yang memabukkan, tidak ada yang dirasakannya kecuali kehancuran. Dia akan menangis darah karena simpanan amalnya musnah.

Syaikh Abdul Qadir berkata tentang amal shaleh, “Barang siapa yang mengerjakan sesuatu untuk Tuannya dengan kesungguhan, kemurnian jiwa dan ketaqwaan maka dia akan mengacuhkan selain Dia. Hai orang-orang, berhati-hatilah kalian untuk meminta apa yang tidak pantas untuk kalian. Bertauhidlah kalian dan jangan menyekutukan Allah. Berhati-hatilah kalian terkena panah taqdir yang mematikan kalian, bukan hanya melukai. Barang siapa yang berpaling karena Allah maka Allah akan menjaga di belakangmu”.

“Saudara sekalian, ketahuilah bahwa kalian belum dikatakan mengalir bersama taqdir kecuali apabila kalian telah menerima kehancuran. Dan sesungguhnya Dia tidak hanya memilih hati tapi juga nafs-nya. Dan menjadikannya seperti anjing ashabul kahfi yang duduk mengawasi di muka gua. Kemudian Dia memanggil, “hai jiwa tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”. Saat itulah hati masuk ke hadirat Allah dan menjadi ka’bah untuk pandangan Allah. Dia sibakkan kegungan kerajaannya, Dia keluarkan semua gelar lalu menyerahkan dan mewariskan semua itu kepada hati tersebut. Saat itu sang hati akan mendengarkan sebuah seruan dari sang Maha Tinggi ‘Hai hambaku, semua hambaku. Engkau milikku dan Aku milikmu’. Jika persahabatan tersebut berlangsung lama maka ia akan menjadi kasur bagi sang Raja, manjadi khalifah atas rakyatnya dan bendahara rahasia-Nya. Ia akan mengutusnya ke laut untuk menyelamatkan yang tenggelam dan mengutusnya ke darat untuk memberikan petunjuk pada siapa saja yang tersesat. Apabila dia melewati mayat, ia akan menghidupkannya. Apabila ia melewati seseorang pendosa, ia akan mengingatkannya (akan dosa yang telah diperbuatnya). Atau melewati seorang yang jauh maka ia akan mendekatkannya, atau apabila ia melewati seseorang yang rindu (kepada Allah) maka dia akan membahagiakannya. Seorang wali adalah pelayan Sang Badal. Dan seseorang Abdal adalah pelayan para Nabi. Dan para Nabi adalah pelayan para Rasul SAW. Seorang wali teman baik para Raja yang selalu menemani sang Raja yang menjadai teman tidur bagi sang Raja di malam hari dan selalu berada di dekatNya di siang hari. Anakku, jangan engkau ceritakan apa yang engkau lihat kepada saudara-saudaramu ‘”.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008