Minggu, 05 September 2010

Do’a hanya untuk melahirkan rasa butuh kepada-Nya


Senin, 06 September 2010
طلبك منه اتّهام له وطلبك له غيبت منك له وطلبك لغيره لقلت حيائك منه
    Permintaanmu kepada-Nya (untuk memperoleh apa engkau inginkan) adalah kekhawatiran dan keraguanmu terhadap-Nya, dan pencarianmu kepada-Nya menunjukkan kehilanganmu terhadap-Dia, dan permintaanmu untuk sesuatu selain-Nya berarti sedikitnya rasa malu dirimu kepada-Nya
    Yakni sesungguhnya seorang murid (yang sedang berproses mendekatkan diri kepada Alloh melalui bimbingan seorang guru), hendaklah menyibukkan diri di tengah perjalanannya dengan sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada Alloh SWT, dengan melaksanakan berbagai amal shaleh, dan tidak menyibukkan hatinya untuk mencari sesuatu yang lain karena sesungguhnya yang demikian ini tercela dan dapat menjadi sebab terputusnya perjalanan menuju Alloh. Karena sesungguhnya permintaanmu kepada-Nya agar Dia memberimu makanan atau rizki yang kamu harapkan dapat menguatkan dirimu dalam perjalanan menuju kepada-Nya apalagi keinginanmu mendapatkan lebih dalam hal rizki, sebenarnya yang demikian itu adalah kekuatiran (keraguan) dirimu kepada-Nya bahwa Dia tidak akan memberimu rizki. Karena sesunguhnya apabila kamu yakin kepada-Nya didalam menyampaikan kemanfaatan dan kebaikan kepada dirimu meski tanpa engkau minta, dan engkau yakin bahwa Dia lebih mengetahui akan kebutuhanmu, niscaya Dia mampu menyampaikan semua itu kepada dirimu tanpa engkau minta sekalipun.
    Dan pencarianmu kepada-Nya dengan mencari kedekatan terhadap-Nya, dan keinginan hilangnya hijab / tirai yang menghalangi antara dirimu dengan-Nya sehingga engkau bisa menyaksikan-Nya dengan mata hatimu, itu menunjukkan kehilangan pandanganmu atas-Nya. Karena sesungguhnya apabila sesuatu itu hadir tidaklah ia memerlukan pencarian.
    Dan permintaanmu kepada-Nya untuk (nendapatkan) sesuatu selain-Dia berupa beberapa macam harta benda dunia dan kemewahannya, dan beberapa keistimewaan semacam karomah, mukasyafah (terbukanya tirai), ahwal (beberapa kondisi spiritual) dan maqamat (beberapa kedudukan), semua itu menunjukkan sedikitnya rasa malu dirimu kepada-Nya. Karena jika engkau memiliki rasa malu kepada-Nya, niscaya engkau tidak akan menoleh kepada yang lain ataupun mencari sesuatu selain-Dia.
    Dan permintaanmu kepada selain-Dia dengan menyandarkan diri kepada manusia didalam mendapatkan sesuatu harta benda dunia yang disertai rasa lalai terhadap Tuhannya, yang demikian itu menunjukkan jauhnya dirimu dari-Dia. Karena jika engkau dekat dengan-Nya, niscaya yang lain pasti jauh darimu. Demikian pula jika engkau menyaksikan dekat-Nya Dia denganmu, niscaya sudah mencukupimu dari kebutuhanmu kepada sekalian makhluk-Nya.
    Oleh karena itu semua jenis meminta-minta bagi seorang murid pada hakekatnya kurang dibenarkan baik itu ditujukan kepada Al-Haq apalagi kepada makhluk kecuali permintaan itu dilakukan untuk sarana media beribadah kepada-Nya dan untuk memelihara etika dan tatakrama kepada-Nya dan untuk melahirkan rasa butuh kepada-Nya.
    Adapun orang 'Ariif, maka mereka tiada melihat selain hanya Alloh Ta'ala semata, yang mereka cari secara hakikat bukan dari makhluk meskipun secara lahiriah yang mereka dapatkan adalah melalui perantaraan makhluk.
...

Jalan menuju Alloh sebanyak hitungan nafas makhluk

06/09/2010 4:35:57

ما من نفس تبديه الاّ وله قدر فيك يمضيه

    Tiada satu nafaspun yang keluar dari diri manusia melainkan berasal dari pemberian Alloh SWT bukan dari manusia itu sendiri. Dan dari tiap-tiap nafas yang mengalir tersebut terdapat takdir / kepastian Alloh terhadap diri kita, adakalanya berupa keta'atan, atau maksiyat, atau ni'mat atau ujian.

    Maka setiap nafas yang terjadi pada diri manusia itu merupakan tempat/cawan bagi takdir Alloh Yang Maha Haqq. Dan sepatutnya kita senantiasa menjaga adab/tatakrama kepada-Nya.

    Dan kiranya inilah makna ucapan para ulama :

الطرق الى الله بعدد أنفاس الخلق

Jalan kepada Alloh sebanyak hitungan nafas para makhluk.

    Dan bukankah tiada sesuatupun yang terjadi di dunia ini melainkan ada peran serta Alloh di dalamnya, tidak terkecuali nafas kita. Dan manakala nafas itu berlalu, maka saat itu juga waktu juga berlalu, dan umur kita juga berlalu tanpa bisa kembali lagi ke zaman dahulu. Oleh karena itu sayang sekali jika perbendaharaan yang tiada ternilaih ini dilewatkan begitu saja tanpa membawa makna penghambaan diri kehadirat Alloh SWT.

    Dari itulah beberapa thariqah mengajarkan kepada kita zikir hifzul anfas, yaitu zikir menjaga nafas kita agar tidak berlalu dengan sia-sia, antara lain dengan melafalkan kalimat هو (Hu/Dia) ketika menarik nafas dan melafalkan lafaz لله ketika melepaskan nafas (dan itu dilakukan dengan zikir sirr/tersembunyi tidak terucap di lidah tetapi mengalir di dalam hati). Dan tentu saja lebih sempurna jika dilakukan dibawah bimbingan seorang syaikh thariqah.

...

Template by - Abdul Munir - 2008