Jumat, 08 Januari 2010

Bukankah seluruh wali Allah selalu berkunjung ke mari


Syaikh Abul hasan Al Jausaqi berkata,”Tuli telingaku dan buta mataku jika mendengar dan melihat orang seperti Syaikh Abdul Qadir”.
Syaikh Khalifah An-Nahri Al-Maliki murid Syaikh Abi Sa’id Al-Qailawi, ”Ketika aku melalui sesuatu negeri aku melihat seseorang duduk di udara. Akupun bertanya, dengan apa engkau mendapatkan anugerah seperti ini ?” Orang tersebut menjawab.”Ya Khalifah aku tundukkan hawa nafsuku dan aku tunggangi taqwa maka Allah mendudukkanku di udara”. Setelah itu aku mendatangi Syaikh Abdul Qadir dan mendapati beliau sedang duduk di kubah para wali dengan orang yang aku jumpai berada di depan beliau dengan sikap tawadhu’. Orang itu berbicara dan bertanya kepada sang Syaikh tentang persoalan ma’rifat dan hakikat yang tidak aku pahami. Setelah selesai aku berkata kepada pria tersebut,’ Sekarang aku bertemu kamu di sini’.
“Bukankah seluruh wali Allah selalu berkunjung ke mari “. Jawabnya.
“Semua yang kamu bicarakan dengan sang Syaikh tidak ada yang aku pahami”. Kataku,
Ia menjawab, “Disetiap maqam ada hukum tersendiri yang juga mempunyai makna sendiri yang diinterpretasikan dengan melalui ibarah yang sesuai dengannya. Sebuah ibarah tidak akan dapat dipahami kecuali dengan memahami maknanya. Makna tersebut juga tidak dapat dipahami kecuali mereka yang telah mendapatkan hikmah yang tidak akan terealisasikan kecuali mereka yang telah mencapai maqam yang ditunjukkan”.
Kemudian aku kembali bertanya kepadanya, “Aku tidak pernah melihat ada yang bersikap sedemikian tawadhu’ seperti yang engkau lakukan dihadapan Syaikh Abdul Qadir”.
Ia menajwab, “Bagaimana aku tidak bersikap tawadhu’ kepada beliau yang telah memberikan jabatan kepadaku jabatan (wilaayah) dan otoritas ....
Beliau mengangkatku sebagai ketua dan memberikan otoritas untuk mengatur seratus orang (rijal al-ghaib) yang tinggal di udara. Mereka titdak dapat dilihat kecuali oleh orang-orang yang diikehendaki oleh Allah SWT. Firman Allah SWT, “Dan tidaklah kami (jibril) turun dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita, dan apa-apa yang ada di antara keduanya.) (QS. Maryam 24).
Syaikh Khalifah di atas juga mengatakan bahwa semua rahasia dan urusan para wali selalu merujuk kepada Syaikh Abdul Qadir. Karisma diri dan pandangan beliau membuat penduduk satu daerah yang dipandangnya-di barat maupun di timur- akan merasa segan. Dengan pandangan berkah beliau mereka mengharapkan tambahan terhadap kondisi mereka dan mereka sangat takut akan diturunkannya kondisi mereka karena pandangan sang Syaikh.
Syaikh Baqa’ bin Bathu’ An-Nahri Al-Maliki mengatakan bahwa pada suatu ketika syaikh AbduLlah bersama seorang pemuda menghadap Syaikh Abdul Qadir. “Ya Syaikh doakanlah anakku ini”. Pintanya kepada Syaikh Abdul Qadir. Padahal anak tersebut sebenarnya bukanlah anaknya, namun anak hasil zina.
“Sampai sedemikian inikah perlakuanmu terhadapku ?”. Kata Syaikh Abdul Qadir dengan gusar. Kemudian beliau bangkit dan masuk ke dalam rumahnya. Seketika itu pula terjadi kebakaran di berbagai tempat di Baghdad. Setiap kali api berhasil dipadamkan di satu tempat, kebakaran kembali terjadi di tempat lain. Ketika itu aku melihat bala diturunkan di atas Baghdad bak awan dan semua itu karena kegusaran Syaikh Abdul Qadir.
Aku segera menemui beliau yang sedang duduk di dalam rumahnya dalam keadaan marah. Aku berkata kepadanya, “Tuanku, kasihanilah makhluk. Orang-orang telah mendapatkan celaka”. Seketika itu kemarahannya reda, dan seiring dengan redanya kemarahan beliau, kebakaran yang terjadi seluruhnya padam.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008