Senin, 11 Januari 2010

Dzuljanah Menjadi Tempat Ratapan

Dalam riwayat disebutkan bahwa ketika Dzuljanah sudah bebas dari gangguan, secara ajaib kuda tunggangan manusia-manusia mulia itu berucap, “œBetapa zalimnya umat yang telah membunuh putera nabinya sendiri.”

Dzuljanah kemudian kembali ke perkemahan sambil meringkik-ringkik nyaring sehingga kaum wanita Imam Husain as yang mengenal suara itu keluar dari dalam tenda dengan penuh rasa cemas dan tercekam ketakutan. Di tengah mereka Hazrat Zainab AlKubra as berteriak histeris

“Oh saudaraku! Oh junjunganku! Oh Ahlul Bait! Semoga langit ini runtuh menimpa bumi! Semoga gunung-gunung ini dihamburkan dan menimpa pedang sahara”.

Diantara mereka juga terdapat Ummu Kaltsum. Saat menyaksikan di atas punggung Dzuljanah sudah tidak ada ayahnya lagi, Ummu Kaltsum juga mendadak histeris.

Demi Allah, AlHusain telah terbunuh! Jerit Ummu Kaltsum sambil menepuk-nepuk kepala dan merobek kain cadarnya. Sakinah yang tak kalah histerisnya.

Oh kakekku! Oh Muhammad! Betapa terasingnya AlHusain!” Ratap Sakinah.

Sambil beratap dan tersedu-sedu, satu diantara mereka ada yang berucap kepada dzuljanah: “Mengapa engkau lepaskan AlHusain ke tengah-tengah kerumunan musuh?

Sakinah juga meratap: “Apa yang terjadi dengan ayahku? Dimana sang pemberi syafaat di hari kiamat itu?”

“Ayahku tadi pergi dalam keadaan tercekik dahaga.”

“Apakah mereka telah memberi ayahku air, ataukah dia telah gugur dengan bibir yang kering kehausan?”

Namun demikian, Dzuljanah tetaplah seekor kuda yang tak mampu berbuat apa-apa di depan ratapan puteri-puteri Rasul ini. Disebutkan dalam riwayat bahwa hewan yang ikut membela para keturunan suci Rasul di depan manusia-manusia srigala itu ikut tertimpa stres hingga akhirnya roboh dan mati. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Dzuljanah telah menceburkan diri ke sungai ElFrat lalu hilang entah kemana

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008