Senin, 11 Januari 2010

Istighotsah Imam Husain as dan Taubat Hur

Imam Husain as kemudian berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau turunkan air hujan dari langit untuk kaum ini. Azablah emreka dengan kekeringan dan kelaparan seperti pada zaman nabi yusuf. Kuasakan atas mereka nanti Astsaqafi agar mereka merasakan kegetiran karena mereka telah mendustakan kami, menisbatkan kebohongan kepada kami, dan menyia-nyiakan kami.

“Ilahi, kami bertawakkal kepada-Mu. Kepada-Mulah kami dan segala sesuatu pasti akan kembali.â€‌[Lama’aat AlHusain hal.63]

Imam Husain as kemudian mendekati para pengikutnya dan berkata: “Bersabarlah, sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian untuk berperang hingga titik penghabisan. Sesungguhnya kalian semua akan terbunuh kecuali Ali bin Husain.â€‌[Nasikh Attawarikh juz 2 hal.225]

Imam Husain as yang sudah siap bertempur berkata lagi: “Adakah lagi seseorang yang akan menolongku demi mendapatkan keridhaan Allah? Adakah lagi seseorang yang siap membela kehormatan Rasulullah?â€‌

Syaikh Mufid ra dalam kitabnya mengisahkan: saat mendengar istighotsah Imam Husain as, perasaan Hur bin Yazid tersentuh sehingga dia datang mendekati Umar bin Sa’ad.

“Hai Umar, apakah kamu akan tetap memerangi orang ini?â€‌ Tanya Hur.

“Ya, demi Allahâ€‌ Jawab Umar Bin Sa’ad. “Kita akan kobarkan perang yang paling dahsyat dimana paling tidak kepala-kepala mereka harus terpenggal sebagaimana tangan-tangan mereka harus terpotong dari jasad-jasad mereka.â€‌ Tambah Umar.

“Apakah tidak mungkin perbuatan ini dipertimbangkan lagi?â€‌

“Itu mungkin saja seandainya kekuasaan ada di tanganku, namun pemimpinmu, Ubaidillah, tidak menghendaki perdamaian dan pembenahan kebijakan seperti itu.â€‌

Dengan hati kecewa Hur beranjak dari tempat Umar bin Sa’ad lalu terpaku di sebuah tempat di dekat Qurrah bin Qais, salah satu orang dekatnya. Hur bertanya kepada Qurrah: “Hai Qurrah, sudahkah kamu memberi minum kudamu hari ini?â€‌ “Belum.â€‌ Jawab Qurrah.

“Maukah kamu memberinya minum sekarang?â€‌ Tanya Hur lagi.

Dari pertanyaan ini, Qurrah curiga bahwa Hur berniat keluar dari rombongan pasukan, pergi, dan seterusnya. Namun, di luar dugaan itu, Hur ternyata perlahan-lahan bergerak mendekati Imam Husain as. Begitu sampai di hadapan beliau, Hur meletakkan telapak tangan di kepalanya sambil berseru:

“Ya Allah, aku kembali kepada-Mu. Ya allah, ampunilah aku yang telah membuat para pecinta dan putera-puteri rasul-Mu menderita dan ketakutan.â€‌

Saat melihat Hur mendekati Imam Husain itu, sebagian orang menduganya akan memulai peperangan. Namun, mereka baru sadar dugaan itu salah setelah melihat Hur membalikkan perisainya. Saat itu Hur datang menyapa Imam Husain as dimulai dengan ucapan salam takzim dan hormat lalu menyusulnya dengan kata-kata:

“Hai putera Rasul, aku siap berkorban untukmu. Aku adalah orang yang beberapa waktu lalu telah mencegat perjalananmu, mencegahmu pulang, lalu menggiringmu ke tanah yang penuh dengan petaka ini tanpa aku tahu sebelumnya bahwa orang-orang ini akan menolak kata-katamu dan memperlakukan dirimu sedemikian rupa. Demi Allah, seandainya aku tahu inilah yang akan terjadi, tidak mungkin akan berbuat seperti itu kepadamu. Sekarang aku menyesal, tetapi apakah mungkin Allah akan menerima taubatku?â€‌

Imam Husain as menjawab: “Allah pasti akan menerima taubatmu.â€‌ Beliau meminta Hur supaya beristirahat, namun Hur malah meminta restu beliau untuk segera memulai perjuangan di depan musuh. Imam pun berkata: “Semoga Allah merahmatimu. Aku mengizinkanmu berjuang.â€‌

Hur kemudian meminta diri dari Imam Husain as dan pergi mendekati pasukan Umar bin Sa’ad yang kini sudah menjadi musuhnya. Di depan mereka Hur memberondongkan kata-kata pedas dan kutukan. Begitu kata-kata Hur tuntang, beberapa orang pasukan Ibnu Sa’ad membidikkan anak panah ke arah Hur. Hur bergegas pergi menghadap Imam Husain as untuk memohon instruksi penyerangan.

Serentak dengan ini, Umar bin Sa’ad berteriak kepada budaknya: “Hai Darid, cepat maju!â€‌ Umar mengambil sepucuk anak panah dan memasangnya ke tali busur sambil berteriak lagi: “Hai orang-orang, saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang membidikkan anak panah ke arah pasukan Husain.â€‌ Anak panah itupun melesat.

Sayid Ibnu Thawus meriwayatkan, melesatnya anak panah Umar bin Sa’ad segera disusul dengan hujan panah dari anak buahnya ke arah pasukan Imam Husain as. Imam Husain pun menurunkan instruksi untuk melakukan perlawanan.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008