Syaikh Abdul Qadir berkata, “Saudara, hendaknya kalian bersungguh-sungguh dan memurnikan jiwa. Tanpa keduanya, manusia tidak akan dapat mendekatkan diri kepada-Nya.
Saudara, apaibla keikhlasan dipukulkan ke dalam ruang hatimu dengan tongkat Musa, maka akan terpancar darinya sumber kearifan hikmah. Dengan sayap keikhlasan seorang arif akan terbang dari kegelapan kepada cahaya Al-quds yang luas kemudian turun di tempat yang diperuntukkan bagi As-Shidq.
Tidak akan memancar cahaya keyakinan dari dalam hati seorang hamba kecuali dipancarkan pula cahaya kewalian dari wajah lahiriyahnya, namanya diseru oleh para malaikat di alam tinggi (malakut al-a’la) dan dihari kiyamat dimasukkan ke dalam golongan ash-shiddiqiin.
Penentanganmu terhadap syahwat diri merupakan bentuk pemisahan (tajrid), bahkan pengesaan Allah. Perbuatan tersebut memancarkan sinar kerinduan-Nya ke dalam hati setiap ‘arif hingga hati tersebut tidak lagi dapat mencerap kenikmatan selain-Nya. Perbuatan tersebut pula yang terus mengelorakan hati hingga sampai ke lembah cinta-Nya. Dan jalan kepada Allah tidak akan dapat ditempuh kecuali dengan tambahan kesunguhan. Kebersamaan dengan-Nya tidak akan dapat dicapai kecuali dengan menghancurkan harta dan menjauhi manusia demi akhirat. Tidak akan mencapai kondisi tersebut kecuali dengan menguasai dunia dan isinya. Sebuah pandangan-Nya kepadamu sudah cukup agar engkau meninggalkan semua yang ada. Sebuah lirikan-Nya kepadamu sudah berarti banyak agar engkau meninggalkan dunia. Wahai fulan jika hatimu telah bersih , engkau akan melaksanakan perintah Allah. Jika engkau melihat ke dalam fikiran para ‘aarif, maka engkau akan menemukan cahaya Penciptanya memancar dari sirr mereka.
Ketahuilah, para wali setara dengan golongan istimewa para sulthan, orang-orang ‘aarif bagaikan orang-orang kepercayaan para Raja. Dan sesudah seorang wali mengalami manisnya penyaksian, maka ia sudah berhak mengalami pahitnya kondisi budala’ (transofrmasi).
Wahai anakku, mata orang-orang istimewa tidak akan memandang dunia dan tidak akan tertipu oleh gemerlapnya. Mereka memahami firman Sang Kekasih, “dan kehiudpan dunia ini tidak lain adalah kesenangan yang menipu’.
Anakku, setan akan masuk ke dalam hati melalui berulangnya kelezatan dan akan menyeberang ke dada melalui pelampiasan syahwat kemudian ia akan mengecoh hamba dengan mengejar dunia.
Beruntunglah mereka yang sadar dari terlelapnya akal, yang menjernihkan kondisi spiritualnya dengan mengejar kedekatan dengan Tuhannya, dan dengan beradab pergi ke Sang Maha Menghitung, dan berlomba-lomba berjalan menuju akhirat serta mengintrospeksi apa yang seharusnya ditingalkan dalam dirinya. Karena sesunguhnya dunia adalah tempat persinggahan sementara, dan kiyamat semakin dekat.
Kemudian Syaikh Abdul Qadir berkata :
Ketika kita yakin disingkapkan bagi kita tirai,
Dan jika bukan karena perkataan jujur,
Tidak akan terangkat hijab
Saudara, apaibla keikhlasan dipukulkan ke dalam ruang hatimu dengan tongkat Musa, maka akan terpancar darinya sumber kearifan hikmah. Dengan sayap keikhlasan seorang arif akan terbang dari kegelapan kepada cahaya Al-quds yang luas kemudian turun di tempat yang diperuntukkan bagi As-Shidq.
Tidak akan memancar cahaya keyakinan dari dalam hati seorang hamba kecuali dipancarkan pula cahaya kewalian dari wajah lahiriyahnya, namanya diseru oleh para malaikat di alam tinggi (malakut al-a’la) dan dihari kiyamat dimasukkan ke dalam golongan ash-shiddiqiin.
Penentanganmu terhadap syahwat diri merupakan bentuk pemisahan (tajrid), bahkan pengesaan Allah. Perbuatan tersebut memancarkan sinar kerinduan-Nya ke dalam hati setiap ‘arif hingga hati tersebut tidak lagi dapat mencerap kenikmatan selain-Nya. Perbuatan tersebut pula yang terus mengelorakan hati hingga sampai ke lembah cinta-Nya. Dan jalan kepada Allah tidak akan dapat ditempuh kecuali dengan tambahan kesunguhan. Kebersamaan dengan-Nya tidak akan dapat dicapai kecuali dengan menghancurkan harta dan menjauhi manusia demi akhirat. Tidak akan mencapai kondisi tersebut kecuali dengan menguasai dunia dan isinya. Sebuah pandangan-Nya kepadamu sudah cukup agar engkau meninggalkan semua yang ada. Sebuah lirikan-Nya kepadamu sudah berarti banyak agar engkau meninggalkan dunia. Wahai fulan jika hatimu telah bersih , engkau akan melaksanakan perintah Allah. Jika engkau melihat ke dalam fikiran para ‘aarif, maka engkau akan menemukan cahaya Penciptanya memancar dari sirr mereka.
Ketahuilah, para wali setara dengan golongan istimewa para sulthan, orang-orang ‘aarif bagaikan orang-orang kepercayaan para Raja. Dan sesudah seorang wali mengalami manisnya penyaksian, maka ia sudah berhak mengalami pahitnya kondisi budala’ (transofrmasi).
Wahai anakku, mata orang-orang istimewa tidak akan memandang dunia dan tidak akan tertipu oleh gemerlapnya. Mereka memahami firman Sang Kekasih, “dan kehiudpan dunia ini tidak lain adalah kesenangan yang menipu’.
Anakku, setan akan masuk ke dalam hati melalui berulangnya kelezatan dan akan menyeberang ke dada melalui pelampiasan syahwat kemudian ia akan mengecoh hamba dengan mengejar dunia.
Beruntunglah mereka yang sadar dari terlelapnya akal, yang menjernihkan kondisi spiritualnya dengan mengejar kedekatan dengan Tuhannya, dan dengan beradab pergi ke Sang Maha Menghitung, dan berlomba-lomba berjalan menuju akhirat serta mengintrospeksi apa yang seharusnya ditingalkan dalam dirinya. Karena sesunguhnya dunia adalah tempat persinggahan sementara, dan kiyamat semakin dekat.
Kemudian Syaikh Abdul Qadir berkata :
Ketika kita yakin disingkapkan bagi kita tirai,
Dan jika bukan karena perkataan jujur,
Tidak akan terangkat hijab
0 komentar:
Posting Komentar