Sabtu, 09 Januari 2010

Jika الله SWT ingin mengirimkan burung hijau untuk ikut mendengarkan majlisku, Dia pasti melakukannya

Muhammad bin Al-Khidir Al-Husaini mengatakan, bahwa ia pernah mendengar ayahnya bercerita,”Jika Syaikh Abdul Qadir memberikan pelajaran berbagai disiplin ilmu di majlisnya, tidak pernah perkataannya terputus. Apabila beliau naik ke atas kursinya, tidak ada seorangpun yang berani meludah, mendengus, berdehem, berbicara maupun maju ke tengah majlis karena kharisma beliau. Ketika beliau berkata ‘telah lewat القال dan masukkan kami ke dalam الحال’ maka orang-orangpun terguncang dan seorang demi seorang masuk ke dalam الحال dan الوجد (kegairahan).
Diantara karamahnya adalah orang yang jauh sekalipun dapat mendengar perkataan beliau. Beliau sering berbicara berdasarkan apa yang terbetik di dalam hati orang-orang yang hadir dan memberikan arahan kepada mereka dengan kasyaf beliau.
Jika beliau bangkit dari kursinya, geagungannya membuat orang-orang yang hadir ikut berdiri. Karismanya membuat semua orang hening ketika beliau memerintahkan mereka untuk diam sampai yang terdengar hanya hembusan nafas mereka. Tangan orang-orang yag hadir dalam majlisnya sampai bersentuhan dengan kaki orang lain. Beliau mengenali mereka hanya dengan memegang tanpa harus melihat. Mereka yang hadir terkadang mendengar bisikan dan teriakan di udara bahkan jubah yang jatuh dari langit. Mereka adalah para رجال الغيب dan yang lainnya”.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Qailawi,”lebih dari sekali aku melihat رسول الله SAW dan para nabi lainnya. Arwah para nabi berpusar mengelilingi majlisnya baik di langit maupun di bumi bak angin yang berpusar di ufuk. Aku juga melihat malaikat menghadiri majlisnya kelompok demi kelompok. Para رجال الغيب saling berlomba untuk menghadiri majlisnya. Akupun sering melihat Abu Abbas Al-Khidir AS menghadiri majlisnya. Ketika aku bertanya kepadanya, beliau AS menjawab, “Siapa saja yang menginginkan kesuksesan hendaknya terus mengikuti majlis ini”.
Suatu ketika seorang raja Ajam /non arab berusaha menyerang Baghdad dengan mengerahkan tentara dalam jumlah yang besar sehingga sang khalifah tidak dapat mengatasinya. Kemudian sang khalifah pergi menemui Syaikh Abdul Qadir memohon pertolongannya. Sang syaikh berkata kepada syaikh Ali bin Al-Hitti, “Perintahkan mereka untuk mundur dari Baghdad”. “Saya laksanakan”. Jawab Syaikh Ali. Kemuidan Syaikh Ali memerintahkan pelayannya untuk pergi ke tempat tentara tersebut. “Pergi ke tempat tentara itu dan terus berjalan hingga sampai ke ujung. Engkau akan menemui sebuah tenda yang menjulang tinggi di atas batang kayu dijaga oleh tiga orang di bawahnya. Katakan kepada mereka,’Ali bin Al-Hitti memerintahkan kalian untuk segera meninggalkan Baghdad’. Jika mereka menjawab,’Kami tidak akan melaksanakannya kecuali kami mendapat perintah’, maka katakan kepada mereka, ‘Aku juga tidak akan mendatangi kalian kecuali karena mendapat perintah’”.

Si pelayan mentaati perintah tuannya dan pergi ke tentara tersebut dan mengabarkan apa yang diperintahkan tuannya. Kemudian setelah berlangsung tanya jawab, salah seorang yang berada di bawah kemah tersebut mencabut tiangnya sehingga kemah tersebut turun lalu berangkat pergi menuju negaranya, diikuti oleh semua tentaranya.

Syaikh Muhammad bin Al-harawi berkata, “suatu ketika Syaikh Abdul Qadir tenggelam dalam kondiisi spiritual ketika beliau menyampaikan pelajaran di dalam majlisnya, beliau berkata, “Jika الله SWT ingin mengirimkan burung hijau untuk ikut mendengarkan majlisku, Dia pasti melakukannya”. Belum sesaat pernyataan tersebut diucapkan, seekor burung hijau yang cantik masuk ke dalam jubahnya dan tidak pernah keluar kembali.

Al-jaba’i meriwayatkan, bahwa Syaikh Abdul Qadir pernah berkisah, “Seorang pria bernama syaikh Yusuf Al-Hamdany yang disebut-sebut sebagai qutb datang ke Baghdad dan tinggal di ribath. Mendengar hal tersebut akupun mengunjunginya. Sebelum aku menemuinya, seseorang berkata kepadaku bahwa dia berada di ruang bawah tanah. Ketika aku menemuinya, dia bangkit memegang tanganku dan mendudukkanku di sebelahnya. Rasa gugupnya membuat gigiku gemeletukan.

Kemudian beliau bercerita kepadaku tentang semua kondisi spiritual yang beliau alami dan menerangkan kepadaku berbagai hal yang sulit aku pahami. Lalu beliau berkata kepadaku,”Abdul Qadir, bicaralah kepada orang-orang”. “Tuanku, aku ini hanya orang Ajam / non arab, bagaimana mungkin aku berbicara di depan orang-orang yang fasih “. Jawabku. Mendengar itu beliau berkata, “Engkau hafal Al-Qur’an, fiqih, usul fiqih, dan perbandingan mahzab, tafsir dan sastra. Semua itu membuat engkau sudah layak berbicara dihadapan orang banyak. Sesungguhnya aku melihat dirimu kurma yang belum matang.”

Syaiikh Abu Madyan bin Syuaib berkat, “Ketika aku bertemu dengan Al-Khidr AS aku bertanya tentang para syaikh (wali الله) dari barat sampai timur saat ini . ketika aku bertanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al-Jilli beliau AS berkata, “Beliau adalah imam golongan As-Shidq, hujjah bagi kaum ‘arif,. Dia adalah roh dalam ma’irfah dan posisinya dibandingkan dengan para wali lainya adalah al-qurbah (kedekatan). “

Syaikh Muhammad bin Harawi berkata, “suatu hari ketika sang syaikh berbicara di majlisnya beliau terdiam beberapa saat kemudian berkata,”Jika aku menginginkan الله SWT mengirimkan burung hijau yang akan mendengarkan perkataanku maka Ia akan mengabulkannya’. Sekejab kemudian majlis tersebut dipenuhi oleh burung berwarna hijau yang dapat dilihat oleh semua yang hadir’.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008