Jumat, 18 Desember 2009

Penjelasan arti سوءالخاتمة


Neraka Allah yang menyala-nyala itu tidak mengambil selain kepada orang-orang yang terhijab dari Allah


بسم الله الرحمن الرحيم

Penjelasan arti سوءالخاتمة (Buruk kesudahan) (-hya ‘Ulumuddin

Kalau anda bertanya bahwa kebanyakan mereka itu takutnya adalah kepada suu-ul khaatimah maka apa arti suu-ul khaatimah itu ?
Ketahuilah bahwasanya suu-ul khaatimah itu ada dua tingkat, salah satunya lebih besar dari yang lain. Adapun yang besar, yang mendahsyatkan adalah apabila mengerasi atas hati ketika sakaratil maut dan huru haranya adakalanya oleh keraguan dan ada kalanya oleh keingkaran. Lalu ruh diambil dalam keadaan bersangatannya keingkaran atau keraguan. Maka ikatan keingkaran yang mengeras di dalam hati itu menjadi dinding / hijab antara dirinya dengan Allah untuk selama-lamanya. Dan yang demikian ini menyebabkan kejauhan yang terus menerus dan siksaan yang tiada berkesudahan. Yang kedua adalah kurang dari yang pertama tadi bahwa mengerasi atas hati ketika mati oleh kecintaan kepada sesuatu dari dunia dan keinginan dari beberapa keinginan duniawi. Maka yang demikian ini terbentuk di dalam hatinya dan menenggelamkannya. Sehingga tidak ada lagi dari yang demikian itu tempat untuk yang lain. Maka ber-kebetulan pengambilan nyawanya dalam keadaan yang demikian, akan membalikkan kepalanya arah dunia dan memalingkan mukanya ke dunia itu.
Manakala muka telah berpaling dari Allah niscaya terjadilah hijab. Dan manakala telah terjadi hijab maka turunlah azab. Karena neraka Allah yang menyala-nyala itu tidak mengambil selain kepada orang-orang yang terhijab dari Allah. Adapun orang mukmin yang hatinya sejahtera daripada kecintaan dunia danciat-citanya terarah kepada Allah maka neraka akan berkata kepadanya, “Berlalulah hai orang mukmin karena sinarmu telah memadamkan bara apiku”.
Ketika berkebetulan pengambilan nyawa dalam keadaan bersangatannya kecintaan kepada dunia, maka keadaannya menjadi sangat berbahaya. Karena manusia itu mati menurut apa ketika ia hidup. Dan tidaklah mungkin diusahakan sifat lainnya dari hati bagi hati sesudah mati, yang berlawanan dengan sifat yang mengerasi / dominan atas dirinya. Karena tidak berlaku pada hati selain amal perbuatan anggota badan. Dan anggota badan itu telah batil sebab kematian, maka batillah segala amal perbuatan. Oleh karena itu tidak ada harapan lagi pada amal perbuatan. Dan tak ada lagi harapan untuk kembali ke dunia untuk memperoleh apa yang hilang. Dan saat itu amat besar lah penyesalan. Hanya pokok iman dan kecintaan kepada Allah SWT, apabila sifat ini melekat pada hati maka itu adalah masa yang sangat panjang. Dan yang demikian bertambah kuat dengan amal saleh. Maka itu akan menghapuskan dari hati (terhadap kecintaan terhadap dunia) – akan keadaan tersebut yang datang bagi hati ketika mati. Kalau ada kekuatan imannya kepada batas seberat biji sawi niscaya iman itu akan mengeluarkannya dari neraka walaupun sesudah ribuan tahun.
Jika anda mengatakan, bahwa apa yang telah kami sebutkan tersebut menghendaki bahwa bersegeralah neraka kepadanya sesudah matinya, maka apa artinya (neraka) itu ditangguhkan sampai kepada hari kiyamat dan ditangguhkan sepanjang masa itu ?
Ketahuilah bahwa setiap orang yang mengingkari adanya azab kubur, maka orang itu adalah pembuat bid’ah dan ia terdinding dari nur Allah SWT, dari nur Al-Quran dan dari nur iman. Bahkan yang sahih dari orang-orang yang memiliki mata hati (bashirah) ialah apa yang sahih pada hadits-hadits yaitu bahwa alam kubur itu adalah suatu lobang dari lobang-lobang neraka atau taman dari taman-taman surga. Dan terkadang dibukakan kepada kubur yang diazabkan, tuju puluh pintu dari neraka jahanam, sebagaimana tersebut pada hadits-hadits. Maka ketika nyawanya bercerai dari orang yang mati, lalu turun bala padanya kalau ia termasuk orang yang celaka dengan سوءالخاتمة Hanya saja bermacam-macam jenis azab itu seiring dengan bermacam-macamnya waktu.
Oleh karena itu peratanyaan Munkar Nakir ketika orang yang mati itu diletakkan di dalam kubur dan penyiksaan sesudahnya, kemudian perdebatan pada hitungan / hisab, dan tersiarnya di hadapan orang banyak yang menyaksikan di hari kiyamat, sesudah itu bahaya pada titian shiratal mustaqiim, yaitu para malaikat penjaga neraka ( الزبانية) sampai kepada penghabisan apa yang tersebut pada hadits-hadits. Maka senantiasalah orang yang celaka itu berbolak-balik dalam semua keadaannya antara berbagai macam azab. Dan akan diazabkan dalam jumlah hal keadaan itu selain orang yang dilindungi Allah SWT dengan rahmat-Nya.
Jangan anda mengira bahwa tempat iman itu dimakan oleh tanah. Akan tetapi tanah memakan semua anggota badan dan dihancurkannya sampai pada waktunya. Maka berkumpulah bagian-bagian yang tercerai berai dan dikembalikan nyawa kepadanya dimana nyawa itu adalah tempat bagi iman. Dan nyawa itu sejak dari waktu mati sampai kepada dikembalikan –adakalanya berada di dalam perut burung hijau yang tergantung di bawah ‘arsy apabila nyawa itu bahagia. Dan adakalanya dalam keadaan yang berlawanan dengan keadaan diatas. Kita berlindung kepada Allah SWT Jikalau ada nyawa itu tidak mendapat kebahagiaan. Jikalau anda bertanya, “ apakah sebab yang membawa kepada ­سوءالخاتمة ? Maka ketahuilah bahwa sebab-sebab dari keadaan ini tidak mungkin dihinggakan dengan uraian, akan tetapi mungkin untuk diisyaratkan kepada kumpulannya. Adapun kesudahan dengan keraguan dan keingkaran maka hal itu terbatas sebabnya pada dua perkara :
Pertama tergambar kesudahan (ال خاتمة) serta sempurnanya wara’ dan zuhud dan sempurnanya kebaikan pada amal perbuatan itu keadaannya seperti orang yang mengerjakan bid’ah yang zuhud. Maka akibatnya berbahaya sekali walaupun amal perbuatannya salih. Dan tidaklah aku maksudkan suatu mazhab lalu aku katakan bahwa itu bid’ah. Maka penjelasan yang demikian itu akan panjanglah pembicaraan padanya. Akan tetapi yang aku kehendaki dengan bid’ah adalah : bahwa seseorang beri’tikad mengenai dzat Allah SWT, sifatnya dan af’alnya, dengan menyalahi kebenaran. Lalu ia beri’tikad menyalahi apa yang sebenarnya. Adakalanya dengan pendapatnya atau dengan yang dipikirkannya dan dengan pandangannya. Yang demikian itulah ia berdebat dengan para musuhnya, Kepada yang demikian ia berpegang, dan yang demikian itulah ia tertipu.
Adakalanya ia mengambil dengan ikut-ikutan / تقلد kepada seseorang yang keadaannya demikian. Maka apabila ia telah mendekati mati, akan tampak ubun-ubun Malakul maut dan bergoncanglah hati dengan apa yang ada padanya. Kadang-kadang terbuka baginya dalam keadaan sakaratul maut itu tentang batilnya / kesalahan apa yang telah dii’tikadkannya disebabkan karena kebodohannya. Karena sesungguhnya keadaan mati itu adalah terbukanya tirai / tutup. Dan permulaan sakarat itu dari permulaan terbukanya tirai. Maka kadang-kadang terbuka sebagian perkara. Maka apabila jelas kesalahan apa yang dii’tikadkannya dan ia telah berketetapan hati dan yakin pada dirinya niscaya ia tidak menyangka bahwa ia bersalah pada i’tikadnya tersebut, karena ia terbawa kepada pendapat yang bathil dan akal yang kurang. Maka ia menyangka bahwa setiap apa yang dii’tikadkannya itu tidak berasal. Karena tidak ada padanya perbedaan antara imannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan aqidah-aqidah yang lain yang benar dengan i’tikad yang salah. Maka tersingkapnya sebagian akidahnya dari kebodohan adalah sebab batalnya akidah-akidahnya yang lain atau karena keraguannya terhadap akidah-akidah itu.
Kalau kebetulan keluarnya nyawa pada kali ini sebelum ia tetap dan kembali kepada pokok iman, maka berkesudahanlah baginya dengan keadaan buruk (سوءالخاتمة). Dan keluarlah nyawanya di atas kemusyrikan. Kita berlindung kepada Allah SWT dari keadaan yang demikian. Mereka itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah SWT
وبدا لهم من الله ما لم يكونو ا يحتسبون
Dan ketika itu jelas bagi mereka bahwa apa yang dahulu tiada mereka kira itu memang dari Allah.

Dan dengan firman-Nya
قل هل ننبئكم بلاخسرين اعمالا – اللدْين ضل سعيهم في الحيوة الدني وهم يحسبون انهم يحسنون صنعا—ال كهف 103-104
Katakan, “Kami akan beritakan kepadamu orang-orang yang peling rugi di dalam pekerjaannya. Mereka itulah yang sia – sia usahanya di dalam kehidupan dunia sedang mereka mengira bahwa apa yang mereka kerjakan itu adalah usaha yang baik.

Dan sebagaimana kadang-kadang terbuka pada sakaratul maut sebagian keadaan karena, karena kesibukan dunia dan nafsu keinginan badan itulah yang mencegah hati kepada memperhatikan alam malakut. Maka ia (ketika itu akan) membaca apa yang ada di lauh mahfudz supaya terbuka kepadanya keadaan yang sebenarnya. Maka contoh keadaan ini menjadi sebab bagi keterbukaan(kasyaf) dan adalah kasyaf itu akan menjadi sebab keraguan pada i’tikad-i’tikad lainnya.
Setiap orang yang beri’tikad mengenai Allah SWT, sifat-sifat-Nya dan af’al-Nya, juga akan sesuatu dibalik yang sebenarnya, maka adakalanya karena ikut ikutan / تقلد dan ada kalanya karena memperhatikan kepada pendapat dan pemikiran. Maka ia berada dalam bahaya ini. Zuhud dan kesalehan itu tidak mencukupi untuk dapat menolak bahaya tersebut. Akan tetapi tidak ada yang dapat melepaskan daripadanya selain oleh i’tikad yang benar. Dan orang-orang yang dungu dapat tersingkirkan dari bahaya ini, yakni mereka yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan kepada hari kiyamat dengan iman yang مجمل (tiada terperinci) yang meresap ke dalam hatinya. Seperti orang arab dusun , orang hitam dan orang-orang awam lainnya yang tiada terjun dalam pembaahsan dan pemerhatian. Dan mereka tidak pula masuki dalam -membahas ilmu kalam (ilmu ketuhanan) secara bebas dan tidak pula mereka bertekun kepada bermacam-macam jenis orang – orang ahli ilmu kalam ( ال متكلمون ) dengan mengikuti pembicaraan mereka yang bermacam-macam. Dan karena itulah Nabi SAW bersabda, اكثر اهل الجنة البله Kebanyakan ahli surga adalah orang-orang dungu.
Karena itulah dilarang oleh ulama salaf dari pembahasan , pemerhatian dan penerjunan dalam ilmu kalam. Dan pemeriksaan dari urusan – urusan itu. Mereka (para ulama salaf) memerintahkan manusia untuk membatasi diri untuk mengimani ahli ilmu kalam (ال متكلمون ) dengan apa yang diturunkan oleh Allah SWT semuanya dan dengan setiap apa yang datang secara lahiriyah saja. Serta berti’tikad akan tidak adanya keserupaan (dalam bentuk apapun antara KHALIQ dengan makhluk ). Mereka melarang manusia untuk terjun dalam penta’wilan (mencari pengertian yang dapat difahami dengan pikiran). Karena bahaya dalam membahas sifat-sifat Allah SWT itu amat besar, halangan-halangannya menyusahkan dan jalan-jalannya menyulitkan.
Sedangkan akal manusia untuk memahami keagungan Allah SWT itu sangatlah pendek. Dan petunjukAllah SWT dengan نور اليقين pada hati dari tabi’atnya kepada kecintaan akan kehidupan dunia itu terhijab / terdinding. Dan apa yang disebutkan oleh para pembahas ilmu kalam dengan hanya bermodalkan akal pikiran mereka itu -akanlah membuat kacau dan bertentangan. Dan hati itu akan merasa jinak kepada untuk apa yang disampaikan kepadanya pada permulaan kejadiannya dan dengannya itu bersangkut. Dan ta’assub (kemunafikan) yang berkobar diantara manusia itu merupakan paku-paku yang teguh bagi kepercayaan-kepercayaan ayng diwarisi atau yang diambil dengan baik sangka dari para guru pada permulaan keadaannya. Kemudian tabi’at manusia itu tersangkut dengan kecintaan kepada dunia. Kepada dunia, tabi’at itu menghadap. Dan nafsu keinginan dunia itu mencekik lehernya dan menjadikan berpaling dari kesempurnaan pikiran. Maka apabila pintu pembicaraan mengenai Allah SWT dan sifat-sifat-Nya dengan pendapat dan akal itu dibuka, serta berlebih kurangnya manusia dalam kecerdasannya, berbedanya mereka dalam tabi’atnya, dan bersangatan lobanya orang yang bodoh dalam mendakwakan kesempurnaan dirinya atau mendakwakan mengetahui hakikat kebenaran –niscaya terlepaslah lidah mereka dengan apa yang terjadi bagi setiap orang dari mereka. Dan menyangkutlah / menular yang demikian itu dengan hati orang-orang yang memperhatikan kepada mereka. Dan menjadi kuatlah yang demikian sebab lamanya kejinakan hati kepada mereka. Maka adalah keselamatan makhluk itu dengan menyibukkan mereka. Lalu tersumbatlah secara keseluruhan jalan kelepasan kepada mereka. Maka keselamatan makhluk itu adalah dengan menyibukkan mereka dengan amal salih dan tidak membawa mereka kepada apa yang diluar dari batas kesanggupan mereka.
Akan tetapi sekarang telah menurunlah tali kekang dan telah berkembanglah kesia-siaan. Setiap orang bodoh menempatkan diri dengan yang bersesuaian dengan pebawaannya yaitu dengan sangkaan dan terkaan. Dia berkeyakinan bahwa yang demikian itu adalah ilmu yang meyakinkan dan keimanan yang murni. Ia menyangka bahwa apa yang terjadi pada dirinya dari terkaan dan uret-uretan itu adalah ilmu yakin dan ainul yakin. Dan akan anda ketahui beritanya sesudah seketika. Dan seyogyalah dinyanyikan kepada mereka itu ketika tabir sudah tersingkap :

Engkau baikkan sangkaan dengan hari-hari karena ia berbuat baik
Dan engkau tidak takut dengan keburukan yang didatangkan oleh takdir

Engkau diselamatkan oleh malam-malam
Lalu engkau tertipu dengan semua itu
Dan ketika malam menjadi jernih
Datanglah kekeruhan.......

Ketahuilah dengan keyakinan bahwa setiap orang yang memperbedakan iman yang penuh sangkaan dengan Allah SWT , Rasul-Nya dan kitab-kitab-Nya dan menerjunkan diri dalam pembahasan maka sesungguhnya ia menempuh bahaya ini. Contohnya adalah seperti orang yang kapalnya pecah dan dia berada dalam pukulan ombak. Ia dilemparkan oleh ombak kepada ombak yang lain. Kadang-kadang berbetulan ia dilemparkan ke pantai. Dan yang demikian itu jauh dari kejadian yang sebenarnya. Dan yang banyak terjadi adalah ia itu akan binasa.
Setiap orang yang masuk dalam suatu akidah yang ia peroleh dari para pembahas (ilmu kalam) dengan modal akal pikiran mereka adakalanya bersama dalil-dalil yang diuraikannya dalam kefanatikan atau tanpa dalil sama sekali. Maka jikalau ia itu ragu padanya niscaya ia itu perusak agama. Dan jikalau ia percaya yang demikian maka dia pasti akan merasa aman dari rencana Allah SWT (مكر الله ) dan tertipu dengan akalnya yang kurang. Dan setiap orang yang terjun dalam pembahasan ilmu kalam maka ia tidak akan terlepas dari dua hal ini, kecuali apabila ia melampaui batas-batas yang diterima akal pikiran kepada nur mukasyafah yang menjadi tempat terbitnya matahari pada alam kewalian dan kenabian. Dan yang demikian itu adalah seperti belerang merah, dari manakah akan mudah diperoleh ?. Maka yang akan selamat daripada bahaya ini adalah orang yang dungu dari orang awam atau mereka yang disibukkan oleh takutnya kepada neraka dengan mentaati Allah SWT. Mereka tidak terjun pada perbuatan yang tidak penting ini.
Maka inilah salah satu sebab yang membahayakan pada سوءالخاتمة.

Adapun sebab kedua yaitu kelemahan pada pokok iman kemudian kecintaan pada dunia yang menguasai hati. Dan manakala iman lemah niscaya lemahlah kecintaan kepada Allah SWT dan kuatlah kecintaan kepada dunia. Lalu yang terjadi tidak ada lagi tempat di hati untuk mencintai Allah SWT selain hanya dari kata hati saja dan tidak melahirkan bekas pada penentangan hawa nafsu dan perpaling dari jalan setan. Maka yang demikian itu akan menyebabkan kebinasaan pada mengikuti hawa nafsu syahwat, sehingga gelaplah hati, kesat serta hitam. Dan bertindih lapis kegelapan hawa nafsu atas hati maka senantiasalah nur iman yang ada padanya menjadi padam di atas kelemahannya itu, sehingga jadilah yang demikian itu tabi’at dan karat.
Maka apabila datang sakaratil maut niscaya bertambahlah kecintaan (kepada dunia) itu. Yakni kecintaan kepada Allah SWT bertambah lemah karena apa yang tampak dari perasaan akan berpisah dengan dunia. Dan dunia itu menjadi kecintaan yang mengerasi bagi hati lalu hati itu merasa sedih dengan perasaan perpisahan dengan dunia. Dan ia melihat yang demikian itu dari Allah SWT. Maka tergeraklah hati dengan mengingkari kematian yaitu apa yang ditakdirkan kepadanya. Dan ia tiada menyukai bahwa yang demikian itu dari Allah SWT. Maka ditakuti akan berkobarlah dalam hatinya suatu kemarahan kepada Allah SWT sebagai ganti dari kecintaannya kepada dunia.
Sebagaimana orang yang mencintai anaknya dengan kecintaan yang lemah, apabila anak itu mengambil hartanya yang lebih dikasihinya dari pada anaknya kemudian harta itu dirusakkannya niscaya berubahlah kecintaan itu menjadi kemarahan. Maka jikalau berbetulan keluarnya nyawa dan pada detik itu gurisan ini (حب الدني) yang terguris di dalam hati maka beakhirlah ia dengan سوءالخاتمة dan binasalah ia untuk selama-lamanya. Dan sebab-sebab yang membawa kepada kesudahan yang seperti ini adalah kerasnya kecintaan kepada dunia, kecenderungan kepadanya dan bergembira dengan sebab-sebabnya serta kelemahan iman yang menyebabkan kelemahan kecintaan kepada Allah SWT.
Maka barang siapa yang di dalam hatinya memperoleh kecintaan kepada Allah SWT yang lebih keras dari pada kecintaannya kepada dunia walaupun masih ada sisa kecintaannya kepada dunia, maka dia itu lebih jauh dari bahaya tersebut.
Kecintaan kepada dunia adalah sumber pangkal kesalahan. Dan itu adalah penyakit yang melumpuhkan dan telah meratai kepada semua jenis manusia. Dan semua itu karena sedikitnya ma’rifah kepada Allah SWT, karena tiada yang mencintai Allah SWT selain orang yang mengenali-Nya. Dan karena itulah Allah SWT berfirman

قل انكان آبائكم وابنائكم واخوانكم وازواجكم وعشيرتكم واموال اقترفتموها
وتجارة تخشون كسادها ومساكن ترضونها احب اليكم من الله ورسوله وجهاد فيسبسله فتربصوا حتى يئنى الله بامره

“Katakanlah jikalah bapak-bapakmu, anak-anakmu dan saudara-saudaramu dan isteri-isterimu dan kaum keluargamu, kekayaan yang kamu peroleh, perniagaan yang kamu takutkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai –Kalau semua itu lebih kamu sukai daripada Allah SWT dan Rasul-Nya dan dari berjuang di jalan Allah maka tunggulah sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. (At-Taubah 24).

Jadi setiap orang yang berpisah nyawanya pada keadaan detik keingkaran hati kepada Allah SWT dan melahirkan kemarahan kepada perbuatan Allah SWT dengan hatinya, dan pada terpisahnya ia dengan isterinya, hartanya dan lain-lain yang ia cintai, maka sesungguhnya ia datang kepada Allah SWT sebagai hamba yang dimarah, hamba yang lari dari Tuannya karena terpaksa. Maka tidak tersembunyi lagi apa yang berhak ia terima yaitu berupa kehinaan dan hukuman dari Tuannya.
Adapun orang yang mati atas kecintaan kepada Allah SWT maka orang itu datang kepada Allah SWT sebagaimana datangnya hamba yang berbuat baik yang rindu kepada Tuannya yang menangung kesulitan-kesulitan perbuatan dan kesukaran-kesukaran perjalanan karena mengharap bertemu dengan tuannya. Maka tidaklah tersembunyi apa yang akan dijumpainya dari kesenangan dan kegembiraan dengan semata-mata bertemu itu. Lebih-lebih dengan apa yang berhak diterimanya dari kelemah lembutan pemuliaan dan kecemerlangan penikmatan..........bersambung انشاء الله

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008