Makaalah ke delapan belas : (Barang siapa yang meninggalkan perbuatan dosa, maka akan lembutlah hatinya), maka hati tersebut akan senang menerima nasihat dan ia khusyu’/memperhatikan akan nasihat tersebut. (Barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang haram) baik dalam hal makanan, pakaian dan yang lainnya (dan ia memakan sesuatu yang halal maka akan jerniglah pikirannya) didalam bertafakur tentang semua ciptaan Allah yang menjadi petunjuk akan adanya Allah Ta’ala yang menghidupkan segala sesuatu setelah kematiannya demikian pula menjadi petunjuk akan keEsaan Allah dan kekuasaanNya dan ilmuNya. Dan yang demikian ini terjadi apabila ia mempergunakan fikirannya dan melatih akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala yang menciptakan dia dari nuthfah di dalam rahim, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemujdian Allah menjadikan tulang dan daging dan urat syaraf serta menciptakan anggota badan baginya. Kemudian Alah memberinya pendengaran, penglihatan dan semua anggota badan, kemudian Allah memudahkannya keluar sebagai janian dari dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham untuk menyusu ibunya, dan Allah menjadikannya pada awwal kejadian dengan tanpa gigi gerigi kemudian Allah menumbuhkan gigi tersebut untuknya, kemudian Allah menanggalkan gigi tersebut pada usia 7 tahun kemudian Allah menumbuhkan kembali gigi tersebut. Kemudian Allah menjadikan keadaan hambanya selalu berubah dari kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan dari muda berubah menjadi tua renta dan dari keadaan sehat berubah menjadi sakit. Kemudian Alah menjadikan bagi hambaNya pada setiap hari mengalami tidur dan jaga demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya manakala ia tanggal maka akan tumbuh lagi seperti semula. Demikian pula malam dan siang yang selalu bergantian, apabila hilang yang satu maka akan disusul dengan timbulnya yang lain. Demikian pula dengan adanya matahari, rembulan, bintang-bintang dan awan dan hujan yang semuanya datang dan pergi. Demikian pula bertafakur tentang rembulan yang berkurang pada setiap malamnya, kemudian menjadi purnama, kemudian berkurang kembali. Seperti itu pula pada gerhana matahari dan rembulan ketika hilang cahayanya keudian cahaya itu kembali lagi. Kemudian berfikir tentang bumi yang gersang lagi tandus maka Allah menumbuhkannya dengan berbagai macam tanaman, kemudian Allah menghilangkan lagi tanaman tersebut kemudian menumbuhkannya kembali. Maka kita akan dapat berkesimpulan bahwa Allah Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian ini tentu mampu untuk menghidupkan sesuatu yang telah mati. Maka wajib bagi hamba untuk selalu bertafakur pada hal yang demikian sehingga menjadi kuatlah imannya akan hari kebangkitan setelah kematian, dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti membangkitkannya da membalas segala amal perbuatannya. Maka dengan seberapa imannya dari hal yang demikian yang membuat kita bersungguh-sungguh melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.
Senin, 28 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kategori
Blog Archive
-
▼
2009
(166)
-
▼
Desember
(153)
- Kimiya Kebahagiaan-8 Memandang Alloh
- Kimiya Kebahagiaan Al-Ghazali
- Ahmad Al-Anthaki dan Abu Hamzah Al-Bazaar.
- Sekilas Riwayat Syaikh Ahmad Jauhari Umar
- Syaikh Ali bin Al-Hitti
- Syaikh Ali bin Wahab Ar-Rabi’i
- Syaikh Sahal bin AbduLlah At-Tustari
- Imam AbduLlah Ba’alawy
- Muhammad bin Al-Fadhal AL-Balkhi, dll
- Syaikkh Abu Ni’mah Muslimah bin Ni’mah As-Saruji.
- Syaikh Aqil Al-Manbaji.
- Umar Al Hadad
- Bisyir Al hafi
- Saya tidak tahu apakah dia sudah meninggal ataukah...
- Perjalanan Spiritual Mawlana Shaykh Muhammad Nazim...
- Syaikh Ruslan Ad-Dimasyqi
- Abdullah bin Khubaiq
- Manakib Beberapa Aulia
- Makalah ke Dua puluh tiga
- Makalah ke duapuluh dua
- Makalah ke Dua puluh satu
- Makalah ke dua puluh
- Makalah ke 19
- Makalah ke 18
- maklah ke tujuh belas
- Makalah ke 16
- Makalah ke 15
- makalah ke empat belas
- Makalah ke tiga belas
- Makalah ke dua belas
- Makalah ke sebelas
- Makalah ke 10
- makalah ke sembilan
- makalah ke 8
- Makalah ke 7
- Makalah 6
- Makalah ke duapuluh empat
- Makalah ke Duapuluh lima
- Makalah ke Dua puluh enam
- Makalah ke Duapuluh tujuh
- Makalah ke Dua puluh delapan
- Makalah ke duapuluh sembilan
- Nasihat ke 30
- Nasihat ke 31
- Makalah ke 32
- Nasihat ke 33.
- Makalah 37-38
- Makalah ke 39-43
- come whoever you are
- nasihat (nashaihul ibad)
- Risalah Al Muawwanah Fasal 1
- Risalah Al Muawwanah Fasal 2
- Risalah Al Muawwanah Fasal 3
- Risalah Al Muawwanah Fasal 4
- Risalah Al Muawwanah Fasal 5
- Risalah Al Muawwanah Fasal 6
- Risalah Al Muawwanah Fasal 7
- Risalah Al Muawwanah Fasal 8
- Risalah Al Muawwanah Fasal 9
- Risalah Al Muawwanah Fasal 10
- Risalah Al Muawwanah Fasal 11
- Risalah Al Muawwanah Fasal 12
- Risalah Al Muawwanah Fasal 13
- Risalah Al Muawwanah Fasal 14
- Risalah Al Muawwanah Fasal 15
- Risalah Al Muawwanah Fasal 16
- Risalah Al Muawwanah Fasal 17
- Risalah Al Muawwanah Fasal 18
- Risalah Al Muawwanah Fasal 19
- Risalah Al Muawwanah Fasal 20
- Risalah Al Muawwanah Fasal 21
- Risalah Al Muawwanah Fasal 22
- Risalah Al Muawwanah Fasal 23
- Risalah Al Muawwanah Fasal 24
- Risalah Al Muawwanah Fasal 25
- Risalah Al Muawwanah
- Taubat.
- Mujahadah.
- Khalwat/Uzlah/Menyepi
- Taqwa
- Wara’
- Zuhud
- Diam
- Takut
- Menentang nafsu
- Dengki atau Hasud
- Mengumpat
- Qana’ah
- Tawakal
- Syukur
- Yakin
- Sabar
- Al-Muraqabah
- Ridha ( الرض )
- Ubudiyah
- Iradah
- Istiqamah
- Ikhlas
- Malu
- Risalah Al-Qusyairiyah
-
▼
Desember
(153)
0 komentar:
Posting Komentar