Kamis, 31 Desember 2009

Sabar







Allah SWT berfirman, “Washbir, mawaa shabruka illa biLlaah” yang artinya, “Sabarlah engkau yaa Muhammad, dan tidaklah kesabaranmu itu kecuali dengan pertolongan Allah”. (An-Nahl 27).
Dari ‘Aisyah RA, diceritakan bahwa RasuluLlah SAW bersabda, “Inna shabra ‘inda shadmatil uula”. ‘Sesungguhnya sabar yang sempurna itu pada pukulan yang pertama’.
Dari sahabat Anas bin Malik diriwayatkan bahwa RasuluLlah SAW bersabda, “Sabar yang paling sempurna adalah pada pukulan (ketika menghadapi cobaan) yang pertama”. Sabar itu terbagi menjadi dua, yaitu sabar yang berkaitan dengan usaha hamba dan sabar yang tidak berkaitan dengan usaha hamba. Sabar yang berkaitan dengan usaha hamba terbagi menjadi dua, yaitu sabar terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan sabar terhadap apa yang dilarang-Nya. Sedang sabar yang tidak berkaitaan dengan usaha adalah sabar terhadap penderitaan yang terkait dengan hukum karena mendapatkan kesulitan.
Al- Junaid mengatakan, “Perjalanan dari duniia menuju akhirat adalah mudah dan menyenangkan bagi orang yang beriman. Putusnya hubungan makhluk di sisi Allah SWT adalah berat. Perjalanan dari diri sendiri menuju kepada Allah SWT adalah berat. Dan sabar kepada Allah SWT tentunya akan lebih berat”. Beliau ditanya tentang sabar lalu menjawab, “Menelan kepahitan tanpa bermasam muka”.
Menurut Ali bin Abi Thalib, sabar merupakan bagian dari iman sebagaimana kepala merupakan bagian dari tubuh. Menurut Abul Qasim, yang dimaksud firman Allah SWT,”Sabarlah engkau (yaa Muhammad)” adalah pondasi ibadah. Sedangkan firman Allah SWT,”tiada kesabaranmu kecuali dengan pertolongan Allah”. Adalah ubudiyah (penghambaan). Barang siapa yang naik dari satu derajat ke derajat yang lain karena pertolongan Allah maka dia pindah dari derajat kaidah menuju derajat ubudiyah. RasuluLlah SAW bersabda, “BiKa ahya wa biKa amuut” . dengan pertolongan-Mu aku hidup, dan dengan pertolongan-Mu aku mati”.
Abu Sulaiman pernah ditanya tentang sabar, dia menjawab, “Demi Allah kami tidak bersabar terhadap apa yang kami cintai, maka bagaimana kami bersabar terhadap apa yang kami benci ?”
Menurut Dzunun Al-Mishri, yang dimaksud sabar adalah menjauhi hal-hal yang bertentangan, bersikap tenang ketika menelan pahitnya cobaan dan menampakkan sikap kaya dengan menyembunyikan kefakiran di medan kehidupan.” Menurut Ibnu Atha, yang dimaksud sabar adalah tertimpa cobaan dengan tetap berperilaku yang baik. Menurut satu pendapat, yang dimaksud sabar adalah orang yang sangat sabar yaitu orang yang mengembalikan pada dirinya terhadap sesuatu yang dibenci ketika menghadapi serangan.
Menurut sebagian ulama, yang dimaksud sabar adalah tertimpa cobaan dengan tetap bersikap baik dalam pergaulan sebagaimana ketika dalam keadaan sehat (selamat). Allah SWT berfirman, “Dan akan Kami balas orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari pada apa yang mereka usahakan”. (An-Nahl 96).
Menurut Amr bin Utsman, yang dimaksud sabar adalah tetap bersama Allah SWT dan menerima cobaan-Nya dengan lapang dada dan senang hati. Menurut Ibrahim Al-Khawash yang dimaksud sabar adalah tetap konsisten dengan hukum-hukum al-Qur’an dan As-Sunah. Menurut Yahya kesabaran orang-orang yang cinta kepada Allah SWT lebih kuat daripada kesabaran orang-orang yang zuhud
Sya’ir :
Sabar akan menghiasi dengan keindahan
Di seluruh tanah air
Sabar tidak akan terhiasi dengan keindahan
Kecuali hanya bila tertuju pada-Mu

Menurut Ruwaim, yang dimaksud sabar adalah meninggalkan keluhan. Menurut Dzunun Al-Mishri yang dimaksud sabar adalah memohon pertolongan kepada Allah SWT.
Sya’ir :
Saya akan bersabar agar Engkau rela
Saya lenyapkan rasa keluh kesah
Agar Engkau juga rela
Saya merasa cukup
Apabila sabarku
Telah melenyapkan diriku.

Menurut abduLlah bin Khafif sabar terbagi menjadi tiga yaitu orang yang menerima sabar, orang yang sabar, orang yang sangat sabar. Menurut Ali bin Abi Thalib, sabar ibarat binatang kendaraan yang tidak pernah jatuh tersungkur.
Ali bin AbdiLlah Al-Bashri mengatakan bahwa seorang laki-laki berhenti di depan As-Syibli seraya bertanya, “Sabar yang bagaimana yang lebih kuat atas orang-orang yang sabar?’
“Sabar di dalam Allah SWT”.
“Bukan”.
“Sabar untuk Allah SWT”
“Bukan”.
“Jadi sabar yang bagaimana” As-Sybli balik bertanya.
“Sabar menghindarkan diri dari Allah SWT”. Setelah itu As-Syibli berteriak yang menyebabkan ruh-nya hampir saja lenyap. Menurut Abu Muhammad Ahmad Al-Jariri yang dimaksud sabar adalah tidak memisahkan antara kenikmatan dan ujian dengan pemikiran yang tenang, sedangkan yang dimaksud penerimaan sabar adalah tenang menghadapi cobaan dengan mendapatkan beratnya ujian. Sebagian ulama mengatakan :
saya bersabar
tetapi saya belum mengetahui
keinginan-Mu atas sabarku
saya sembunyikan dari-mu
apa-apa yang terkait denganku
dari tempat sabar
karena hati nuraniku takut
mengeluh pada kerinduanku
terhadap air mataku secara rahasia
sehingga ia tetap mengalir, dan sayapun tidak mengetahui.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Yang dimaksud firman Allah SWT, Ishbiruu washabiruu warabithuu, Sabarlah, dan sabarkanlah, dan berjagalah kamu sekalian”. (Ali Imran 200). Sebagian berpendapat bahwa yang dimaksud ayat ini adalah sabarlah dengan diri kamu sekalian untuk ta’at kepada Allah SWT, sabarlah dengan hati kalian untuk menerima cobaan-Nya, dan sabarlah dengan tabir rahasia hati kalian untuk rindu kepada-Nya. Sedangkan menurut sebagian ulama yang lain yang dimaksud ayat itu adalah sabarlah kalian karena Allah SWT, sabarlah kalian dengan-Nya, dan bersabarlah kalian bersama-Nya.
Menurut satu pendapat, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud AS, “Ber budi pekertilah dengan budi pekerti-Ku, sesungguhnya sebagian dari budi pekerti-Ku adalah sangat sabar”. Dalam ungkapan lain disebutkan, telanlah kesabaran. Apabila Allah SWT mematikanmu maka Dia akan mematikanmu dengan mati syahid. Apabila Allah SWT menghidupkanmu maka Dia akan menghidupkanmu dengan kemuliaan.
Menurut sebagian ulama, sabar karena Allah SWT adalah suatu kelelahan, sabar dengan Allah SWT adalah ketetapan, sabar di hadapan Allah SWT adalah cobaan, sabar bersama Allah SWT adalah pemenuhan, dan sabar menghindar dari Allah SWT adalah kehanyutan.
Sya’ir :
Sabar menghindarkan diri dari-Mu
Akan mengabkibatkan tercela
Sedangkan sabar dalam segala hal
Akibatnya terpuji
Bagaimana sabar dari orang yang tinggal di sampingku
Dengan menempati yang kanan dari pada yang sebelah kiri
Apabila orang yang bersendau gurau
Dengan segala sesuatu
Maka saya telah melihat kecintaan
Yang bersendau gurau dengan orang lain

Menurut sebagian yang lain, sabar mencari adalah tanda keberhasilan, sedangkan sabar menerima ujian adalah tanda kebahagiaan. Menurut yang lain, yang dimaksud menyabarkan diri adalah sabar di atas sabar sehingga dapat mencakup sabar di dalam sabar dan melemahkan sabar dari sabar sebagaimana diungkapkan dalam sya’ir :

Orang yang sabar di dalam sabar
Akan dimintai pertolongan
Oleh orang yang sangat sabar
Sehingga orang yang cinta
Menyebutnya dengan sebutan sabarnya sabar


Menurut satu cerita, Asy-Syibli dicegat ditengah perjalanan di daerah Maratsani. Sekelompok orang datang kepadanya.
“Siapa kalian”. Tanya Asy-Syibli.
“Para kekasihmu yang sedang beraziarah kepadamu.”
Kemudian beliau melemparkan batu kepada mereka sehingga mereka lari. Beliau mengatakan kepada mereka, “Wahai orang-orang pembohong, jika kalian para kekasihku, maka tentu engkau akan sabar menerima cobaanku”.
Di dalam sebagian hadits disebutkan, “Dengan penjagaan Mata-Ku (Allah), orang-orang yang sabar sebenarnya tidak bersabar untukku. Allah SWT berfirman, “Bersabarlah engkau kepada hukum Tuhanmu, sesungguhnya engkau dalam penjagaan Kami”. (At-Thuur 48).
Sebagian ulama mengatakan, saya berada di Makkah, saya melihat orang fakir mengelilingi BaituLlah. Dia mengeluarkan Ruq’ah (semacam azimat atau bungkusan yang berisi tulisan) dari dalam sakunya. Dia melihat ruq’ah itu lalu pergi. Esok hari ia berperilaku seperti itu, beberapa hari saya memperhatikannya. Dia selalu mengerjakan hal itu setiap hari untuk kepentingannya sendiri. Suatu hari ia berkeliling dan melihat ruq’ahnya. Sedikit demi sedikit ia menjauh lantas terjatuh dan meninggal dunia. Ruq’ah itu kemudian saya keluarkan dari dalam sakunya. Ternyata di dalam ruq’ah itu berisikan firman Allah SWT,”Bersabarlah engkau terhadap hukum Tuhanmu sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami”. (At-Thuur 48).
Sebagian ulama lain mengatakan, “saya memasuki negara India. Saya melihat seorang laki-laki menggunakan satu mata. Orang-orang memberikan nama kepadanya si Fulan yang sangat sabar. Saya bertanya kepada mereka tentang keadaannya, lantas dijawab bahwa ketika dia menginjak awal remaja, saat teman-temannya hendak bepergian dia keluar dari tempat tinggalnya. Salah satu dari kedua matanya melelehkan air mata, sedang mata yang satunya tidak menangis. Dia mengatakan kepada mata satunya yang tidak melelehkan air mata, ‘Kenapa engkau tidak melelehkan air mata atas perpisahan temanku? Saya tentu akan mengharapkanmu untuk melihati dunia’. Dia memejamkan matanya selama dua tahun tanpa pernah membukanya.
Menurut satu pendapat, yang dimaksud firman Allah SWT, “Bersabarlah engkau dengan sabar yang baik”. (Al-Ma’arij 5) adalah sabar yang benar sehingga orang yang tertimpa musibah di tengah-tengah masyarakat tidak dapat diketahui. Umar bin Khatab pernah mengatakan, “seandainya sabar dan syukur diibaratkan dua ekor unta, maka saya tidak peduli mana diantara keduanya yang akan saya naiki”.
Dalam satu ungkapan, Ibnu Syibrimah apabila mendapat cobaan dia mengatakan, “Sekarang berawan, besok ia akan hilang”. Di dalam hadits pernah disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang Iman beliau menjawab, “As-shabru wassamaahah”. ‘Sabar dan toleransi.’
Syaikh Sary pernah ditanya tentang sabar. Ketika beliau hendak menjawab, kaki beliau dihinggapi kalajengking yang menyengat berulang-ulang. Beliau tetap diam dan tak bergerak. Beliau ditanya, ‘mengapa kalajengking itu tidak kau jauhkan dari kakimu ?’. beliau menjawab, “Saya malu kepada Allah SWT membicarakan sabar sementara saya belum bisa bersabar”.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa orang-orang fakir yang bersabar adalah tamu-tamu Allah SWT di hari kiyamat. Dalam suatu cerita Allah SWT menurunkan wahyu kepada sebagian Nabi-Nya,”Cobaan-Ku telah Aku turunkan kepada sebagian hamba-Ku kemudian ia berdo’a kepada-Ku, tetapi Aku tidak mengabulkannya. Kemudian ia mengeluh kapada-Ku. Aku berfirman kepada-Nya, ‘wahai hamba-Ku, bagaimana Aku dapat mengasihimu dengan suatu pemberian sehingga Aku akan mengasihimu”.
Arti firman Allah SWT, “Dan Aku jadikan mereka pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka mau bersabar”. Ayat itu, kata Ibnu Uyainah, adalah ketika mereka menghendaki suatu pemimpin dalam suatu urusan, maka Kami jadikan ia (orang yang sabar) sebagai pemimpinnya.
Ustadz Abu Ali Ad-Daqaaq mengatakan, “yang dimaksud pembatasan sabar adalah tidak merintangi takdir. Apabila menampakkan cobaan tanpa mengeluh atau mengadu, maka bukan berarti hal itu menikadakan sabar. Allah SWT berfirman tentang kisah Nabi Ayub AS, “Sungguh Kami mendapati Ayub sebagai orang yang sabar, Dia adalah sebaik-baik hamba”. (Shad 44). Ayat ini ditopang oleh ifrman-Nya, yang lain seperti perkataan Nabi Ayub AS,“Kemelaratan telah menimpa diriku” (Al-Anbiya 83). Dari ungkapan ini dapat ditafsirkan bahwa maksudnya adalah,”Kemelaratan telah menimpa diriku agar Engkau memberikan kesenangan kepada orang-orang yang lemah.” Menurut sbagian ulama, ayat yang berbunyi, “sungguh Kami mendapati Ayub sebagai orang yang sabar”. Bukan dengan kata seorang yang sangat sabar karena semua kondisi Ayub tidak dapat disamakan dengan sabar. Sebaliknya semua kondisinya telah berubah menjadi ni’matnya musibah. Sehingga dalam kondisi ni’mat maka tidak dapat diklasifikasikan sebagai orang yang sangat sabar . Oleh karena itu Allah SWT tidak berfirman “sebagai orang yang sangat sabar”.
Uastadz Abu Ali Ad-Daqaaq berkata, “Hakikat sabar adalah menghindarkan diri dari cobaan dan menerima apa yang telah menimpanya seperti Nabi Ayub AS beliau tetap mengatakan di akhir cobaannya, “Kemelaratan telah menimpa diriku, sedang Engkau lebih pengasih dari segala yang pengasih” (Al-Anbiya 83).
Dia menjaga etika berbicara dengan mengatakan Engkau lebih pengasih dari segala yang pengasih tidak mengatakan, Kasihanilah aku.
Perlu diketahui bahwa sabar itu tebagi menjadi dua, yaitu kesabaran orang yang beribadah, dan kesabaran orang yang cinta. Sebaik-baik sabar orang yang beribadah adalah terjaga. Dan sebaik baik kesabaran orang yang cinta adalah tertinggal.
Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “Nabi Ya’qub telah mengoptimalkan perjanjian sabar dengan dirinya sendiri dengan mengatakan, “As-shabrun jamiil “ Namun ketika tidak mendapatkannya, beliau mengatakan, “Aduh alangkah duka citaku mengenang yusuf”.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008