Senin, 07 Desember 2009

Pilihan-Nya adalah yang terbaik

Janganlah engkau menuntut dari-Nya agar Dia mengeluarkanmu dari suatu keadaan dan menjadikanmu pada kondisi yang lain yang engkau inginkan, karena jika Dia menghendaki niscaya Dia akan menjadikanmu sesuai yang engkau inginkan tanpa harus mengeluarkanmu dari keadaanmu yang sekarang.

Sebagaimana seseorang berada dalam suatu keadaan atau kondisi yang tidak ia suka baik itu berhubungan dengan masalah dunia atau agama, maka tidak semestinya dia berkeinginan keluar dari keadaan tersebut atas inisiatif sendiri dan berpaling dari hukum waktu –nya, karena yang demikian ini sama saja ia menginginkan sesuatu yang tidak di wujudkan oleh Alloh SWT pada saat itu sebagaimana diterangkan pada bab terdahulu :

ما ترك من الجهل شيئا من اراد ان يحدث في الوقت غير ما اظهره الله فيه

Tidak terlepas dari sifat kebodohan, orang yang hendak mengadakan sesuatu pada waktu yang الله tidak mengadakannya pada saat itu

Maka yang mesti ia lakukan adalah tidak berpaling dari hukum waktu dan tidak mencari sesuatu dari Tuhannya agar Ia dikeluarkan dari keadaan tersebut, karena yang demikian ini termasuk memilih-milih sesuatu untuk keinginan dirinya bukan menyerahkan pilihan Tuhan untuk dirinya. Oleh karena itu yang terbaik adalah ber-adab- / tatakrama yang baik dihadapan-Nya dan memilih kehendak-Nya daripada kehendak diri sendiri. Apabila sudah demikian, maka akan tampak jelas kebenaran keadaan dirinya dan akan terlihat jelas kecintaan / mahabah nya kepada Alloh Ta’ala. Maka ia akan berbuat sebagaimana perbuatan kekasih, sementara ia tetap pada keadaan / ahwalnya tanpa harus keluar dari ahwal tersebut. Maka jadilah ia ketika itu sebagai orang yang selalu dalam kehendak Alloh bukan kehendak diri sendiri, dan pasti hal itu lebih baik daripada apa yang ia pilih untuk dirinya.

Di dalam kitab Tanwir dikisahkan, diantara mereka ada yang berkata :

“Aku pernah menginginkan jika aku dapat meninggalkan semua sebab-sebab rizki (tidak bekerja / bertajrid) sementara setiap hari aku bisa mendapatkan dua potong roti. Dan yang demikian ini aku maksudkan agar aku dapat santai dari kepayahan mencari rizki”.

Orang tersebut melanjutkan kisahnya :

“Maka suatu saat aku dimasukkan ke dalam penjara, dan di sana setiap hari aku mendapatkan dua potong roti sampai waktu yang cukup lama, hingga aku merasa sangat bosan. Maka aku memikirkan masa laluku yang menginginkan dua potong roti setiap hari, sehingga terbersit dalam hatiku sebuah suara, “Sesungguhnya engkau menginginkan dari-Ku dua potong roti setiap hari akan tetapi engkau tidak meminta kepada-Ku kebaikan dan keselamatan. Oleh karena itu Aku beri engkau apa yang engkau minta”. Maka aku mohon ampun dan kembali kepada Alloh dan tiba-tiba pintu penjara terketuk sehingga aku selamat dapat keluar dan kembali ke tempat tinggalku”.

Maka beretikalah wahai orang mukmin dan janganlah engkau meminta untuk dikeluarkan dari suatu keadaan atau dimasukkan dalam suatu keadaan yang lain, karena yang demikian ini termasuk su’ul adab bersama Alloh. Bersabarlah engkau dari pada keluar dari suatu keadaan atas inisiatif dirimu sendiri, mungkin akan engkau dapatkan apa yang engkau inginkan, akan tetapi tidak engkau dapatkan kedamaian di dalamnya.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008