Jumat, 18 Desember 2009

Penjelasan keutamaan harap/raja’ dan menggalakkan pada harap


Penjelasan keutamaan harap/raja’ dan menggalakkan pada harap

Ketahuilah kiranya bahwa amal berdasarkan harap itu lebih tinggi dari pada amal berdasarkan atas takut. Karena hamba yang paling dekat terhadap Allah Ta’ala itu adalah yang paling mencintaiNya. Dan cinta itu diperkuat dengan adanya harap. Ambilah ibarat yang demikian itu dengan dua orang raja. Yang seorang dilayani karena takut akan siksaannya, dan yang seorang lagi dilayani dengan mengharap akan balasannya. Dan karean itulah ada pada harap dan berbaik sangka, beberapa penggalakan lebih-lebih pada waktu mati. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Janganlah kamu putus harapan dari rahmat Allah”. S.Azzumar 53.

Ia mengharamkan keadaan putus asa. Juga pada cerita-cerita Nabi Ya’qub as. Bahwa Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepadanya, “Tahukah engkau mengapa Aku ceraikan engkau dari Yusuf ?, karena engkau mengatakan ‘aku takut bahwa Yusuf itu akan dimakan serigala sedang kamu lengah daripadanya’. Mengapa engkau takut kepada serigala dan tidak mengharap kepadaKu ?. dan mengapa engkau memandang kepada kelemahan saudara saudaranya dan engkau tidak memandang kepada penjagaanKu baginya ?”.

Nabi SAW bersabda, “laa yamuutunna ahadukum illa wahuwa yuhsinudhhonna biLlaahi Ta’aalaa”. Ayng artinya janganlah kamu sekalian mati melainkan ia berbaik sangka kepada Allah Ta’aalaa.

yaquuluLloohu ‘Azza Wa Jalla “Anna ‘inda Dhonni ‘abdy By falyadhunna by maa Syaa’a yang artinya “Aku tergantung persangkaan hambaKu terhadapKu, maka berperasangkalah kepadaKu sekehendaknya.”

Nabi SAW masuk ke tempat seorang laki-laki yang sedang mengalami sakit keras. Lalu beliau bertanya, “apakah yang engkau dapati pada dirimu ?” . orang itu menjawab, “Aku dapati diriku takut akan dosa-dosaku, dan mengharap akan rahmat Tuhanku”.

Maka Nabi SAW bersabda, “Maj Tama’aa fii qolbi ‘abdi fii hadzal maothini illa a’thaahuLloohu maa rojaa wa ammanahu mimmaa yakhoofu yang artinya tidaklah berkumpul keduanya (harap dan takut) pada hati seorang hamba melainkan ia diberikan oleh Allah akan apa yang ia harapkan dan ia diamankan oleh Allah akan apa yang ia takuti.

Ali ra. Berkata kepada seorang lelaki, yang terbawa rasa ketakutan dan putus asa karena banyak dosanya, “Hai orang ini, keputus asaanmu dari rahmat Allah itu lebih besar dari doasa-dosamu”.

Sufyan berkata, “barang siapa berdosa dengan suatu dosa, maka ia tahu bahwa Allah Ta’ala mentakdirkan dosa itu untuk dirinya dan ia mengharap akan ampunanNya, niscaya Allah mengampuni dosanya”.

Dan Sufyan menyambung lagi, “Karena Allah Azza Wajalla nerobah suatu kaum, Ia berfirman-Wadzaalikum dhonnukumulladzii dhonantum birobbikum ardaakum-artinya, itulah dugaanmu (yang keliru) terhadap Tuhanmu. (dugaan itulah) yang membawa kamu kepada kecelakaan. QS. Al-Fath 12.

Dan Allah Ta’ala berfirman, “wadhonantum dhonnassau-i wakuntum qoumam buuro” yang artinya dan kamu mempunyai persangkaan yang tidak baik dan kamu adalah kaum yang binasa.

Dan Nabi SAW bersabda yang artinya, “ sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman kepada hambanya kelak hari kiyamat-apa yang menhalangi kamu ketika engkau melihat sesuatu yang munkar bahwa engkau menentangnya ? Maka apabila ia telah diajarkan oleh Allah akan hujjah/jawabannya niscaya ia akan menjawab, ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku mengharapkan akan rahmatmu sedang aku takut kepada manusia”’. Nabi SAW bersabda, “maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Telah Aku ampunkan bagi enngkau”’.

Tersebut pada hadits shahih, yang artinya, “bahwa ada seorang lelaki yang melaksanakan jual beli dengan jalan hutang. Maka ia bersikap lapang dada terhadap orang kaya, dan melampaui batas terhadap orang miskin. Maka ia menjumpai Allah dan tiada memiliki amal kebajikan sama sekali. Maka Allah berfirman, siapa yang lebih berhak dengan yang demikian daripada Kami ?”. maka Allahpun memaafkannya karena baik sangkaanya, dan harapannya bahwa ia dimaafkan meskipun ketaatannya merosot.

Allah Ta’ala berfirman, “Innalladziina yatluunal kitaabaLloohi wa aqoomushsholaata wa anfaquu mimmaa rozaqnaahum sirron wa’alaaniyatan yarjuuna tijaarotan lan tabuuroo” (QS. Fathir, 29.). Yang artinya,”sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Aku berikan kepada mereka baik secara tersembunyi maupun terang-terangan mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak pernah akan rugi”.

Ketika Nabi SAW bersabda yang artinya, “seandainya kamu sekalian mengetahui apa-apa yang Aku ketahui niscaya akan menyedikitkan tertawa dan memperbanyak menangis. Dan kamu akan keluar menuju tempat yang tinggi dan kamu akan memukul-mukul dadamu dan akan merendahkan diri di hadapan Tuhanmu”. Maka turunlah Jibril as seraya berkata, “sesungguhnya Tuhanmu mengatakan kepadamu ,”Mengapakah engkau mendatangkan keputus asaan kepada hamba-hambaKu?” Lalu Nabi SAW keluar menemui mereka dan memberikan harapan kepada mereka”.

Tersebut dalam Hadits bahwa Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud as. “cintailah Aku ! cintailah orang-orang yang mencintai Aku ! dan buatlah Aku mencintai makhlukKu !

Lalu Nabi Dawud as. Bertanya, “Wahai Tuhanku ! bagaimanakah aku membuat Engkau mencintai makhlukMu ?”

Allah Ta’ala berfirman, “sebutkanlah Aku dengan baik dan elok ! sebutkanlah nikmat-nikmatKu dan perbuatan baikKu !Peringatkanlah mereka akan yang demikian ! Maka sesungguhnya mereka tiada mengenal daripadaKu selain yang elok”.

Dimimpikan Abban bin Abi Ayyasy sesudah ia meninggal. Dan ia semasa hidupnya banyak menyebutkan pintu-pintu harapan. Ia mengatakan kepada orang yang bermimpi itu “Allah Ta’ala menyuruh aku berdiri di hadapanNya, maka Ia berfirman ‘Apakah yang membawa engkau kepada yang demikian ini ?’

Maka aku menjawab, “Aku bermaksud mencintakan Engkau kepada makhluk Engkau”.

Maka Allah berfirman, “Telah Aku ampunkan dosamu”.

Dimimpikan Yahya bin Ak-Tsam sesudah ia meninggal, lalu ia ditanya, “Apa yang telah Allah perbuat terhadapmu ?” Maka Yahya bin Ak-Tsam menjawab, ‘Allah menyuruhku berdiri di hadapanNya dan Dia berfirman, “Hai Syaikh jahat !, engkau telah berbuat demikian, engkau telah berbuat demikian !”

Yahya bin Ak-Tsam berkata, “Maka menakutkan aku, apa yang diketahui oleh Allah”.

Kemudian aku berkata, “Wahai Tuhanku, tidaklah begitu yang aku perkatakan perihal Engkau”.

Maka Allah berfirman, “Lalu apa yang engkau katakan perihal Aku ?”

Lalu aku berkata, “Diberitakan kepadaku oleh Abdurrazaq, dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Anas, dan adri Nabi Engkau SAW, dari Jibril as, bahwa Engkau berfirman, “Sesungguhnya Aku tergantung persangkaan hambaKu kepadaKu, maka hendaklah ia menyangka kepadaKu apa yang ia kehendaki” dan aku menyangka Engkau, bahwa Engkau tiada akan mengazabku’.

Maka Allah Azza Wajalla berfirman, “Benar Jibril, benar NabiKu, benar Anas, benar Az-Zuhri, benar Ma’mar, dan benar engkau”.

Yahya bin Ak-Tsam berkata, “lalu aku berpakaian dengan pakaian surga, dan berjalan di hadapanku bidadari-bidadari surga maka aku berkata, ‘wahai alangkah gembiranya’”.

Tersebut pada hadits, bahwa seorang dari golongan bani Israil (yahudi) mendatangkan keputus asaan kepada manusia dan bersikap keras kepada manusia. Maka Allah Ta’ala akan berfirman kepadanya pada hari kiyamat. Ia berkata, “Pada hari ini Aku putus asakan kamu dari rahmatKu, sebagaimana engkau mendatangkan keputus-asaan kepada hamba-hambaKu”.

Nabi SAW bersabda, “Seorang laki-laki akan masuk neraka. Maka ia akan bertempat di neraka itu selama seribu tahun. Ia akan memanggil, ‘Yaa Hannaan, Yaa Mannaan’ (Wahai yang pemberi belas kasih, wahai yang memberi ni’mat)’. Maka Allah Ta’ala berfirman kepada Jibril as. “Pergilah dan bawalah hambaKu itu kepadaKu”.

Nabi SAW meneruskan sabdanya, “Maka hamba itu dibawa kepada Allah. Lalu disuruh berdiri di hadapanNya. Maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Bagaimana engkau mendapati tempat engkau ?’

Lelaki itu menjawab, ‘Tempat yang buruk’.

Nabi SAW meneruskan sabdanya, “Maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Kembalikan orang ini ke tempatnya semula !’

Nabi SAW meneruskan sabdanya, “Maka laki-laki itu berjalan dan berpaling ke belakang. Maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Ke mana engkau berpaling ?’

Laki-laki itu menjawab, ‘sesungguhnya aku berharap bahwa Engkau tidak mengembalikan aku kepadanya setelah Engkau keluarkan aku daripadanya’.

Maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Pergilah dengan leki-laki ini ke surga ‘”.

Maka ini menunjukkan bahwa harapa Yahudi tersebut menjadi sebab keselamatannya.

Kita mohon kepada Allah akan bagusnya taufik dengan kasih sayang dan kemurahanNya.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008