Jumat, 20 November 2009

Jangan sedih karena sedikit amal





ادْافتح لك وجهة من التعرف فلاتبال معهاان قل عملك. فانه مافتحهالك الاوهويريدان يتعرف اليك.
الم تعلم ان التعرف هو مورده عليك والاعمال انت مهديهااليه. واين ما تهديه اليه مما هومورده عليك
APABILA الله TELAH MEMBUKAKAN KEPADAMU JALAN MA’RIFAH MAKA JANGANLAH ENGKAU PEDULIKAN MESKIPUN AMALMU TERASA MASIH SEDIKIT KARENA SESUNGGUHNYA TIDAKLAH الله MEMBUKAKAN JALAN MA’RIFAH KEPADAMU MELAINKAN DIA PULALAH YANG MENGHENDAKI ENGKAU UNTUK MENGENALNYA. TIDAKKAH ENGKAU KETAHUI SESUNGGUHNYA PENGENALANMU TERHADAP-NYA ITULAH YANG الله KEHENDAKI. ADAPUN AMAL IBADAH ADALAH APA YANG ENGKAU PERSEMBAHKAN UNTUK-NYA. DAN TIADALAH BANDINGAN ANTARA APA YANG ENGKAU PERSEMBAHKAN UNTUK-NYA DENGAN APA YANG الله BERIKAN KEPADAMU.

Bagi seorang salik tidak boleh tidak, di dalam perjalanannya mendekat / taqarub ke hadirat Ilahi haruslah melakukan serangkaian amal ibadah yang banyak agar dapat memutuskan ikatan dengan jeratan hawa nafsu sehingga dapat sampai / wushul ke hadirat Ilahi. Apabila ibadah dilakukan dengan keras dan pada waktu yang lama terkadang timbul rasa malas dan jenuh untuk melakukan berbagai ibadah dan wirid yang telah disusun untuk diamalkannya. Maka dengan kondisi yang seperti ini dapat menyebabkan perasaan sedih dan susah yang bersangatan. Dan terkadang pula terlintas dalam dirinya untuk meninggalkan amalan tersebut secara keseluruhan akan tetapi terkadang dalam kondisi seperti ini malah dia berhasil mendapatkan beberapa macam ma’rifah dari الله Ta’ala. Oleh karena itu syaikh Ibnu Atha’iLlah memberikan petunjuk, bahwa apabila telah dibukakan berbagai macam ma’rifah bagi seseorang (seperti dibukakan baginya jalan dzauq sehingga الله Ta’ala terasa selalu hadir bersamanya atau dibukakan hatinya sehingga ia bisa melihat hakikat dirinya atau ia merasa bahwa sesungguhnya tidak ada yang melakukan segala perbuatan kecuali الله dengan berhasil baginya tajallyul af’al yaitu terlihat baginya bahwa segala perbuatan atau yang mewujudkan semua kejadian adalah الله). oleh karena itu sedikitnya amal tersebut janganlah sampai merisaukan hati, karena tujuan amal ibadah apapun adalah untuk dapat dekat qurb dengan الله. dan terbukanya hal yang tersebut di atas merupakan petunjuk adanya kedekatan dengan HadratiLlah. Maka jadilah ia termasuk seorang yang ahli mencintai الله. dan terkadang sedikitnya amal dikarenakan sakit dapat menyebabkan hati menjadi gelisah. Akan tetapi apabila terbuka baginya beberapa ma’rifah maka akan tahulah ia bahwa yang menurunkan penyakit kepadanya adalah الله, dan terkadang terbuka hatinya dalam memahami bahwa keadaan sakit yang ia alami tersebut lebih baik baginya daripada keadaan ketika sehat. Dan sesungguhnya الله berbuat sesuai kehendak-Nya, maka tiadalah dipedulikan sedikit amal pada keadaan yang demikian.
Ma’rifatuLlah Ta’ala adalah puncak pencarian para árifiin, dan akhir segala cita-cita. Apabila الله menunjukkan jalan kepada seorang hamba tentang sebab-sebabnya dan membukakan baginya pintu ma’rifah sehingga hamba tersebut mendapatkan ketenangan dan ketentraman di dalamnya, maka yang demikian ini adalah sebagian dari ni’mat yang sangat besar baginya. Oleh karena itu hendaklah jangan terlalu larut dalam kesedihan yang disebabkan tertinggalnya beberapa amal kebajikan (bukan berarti meninggalkan amal itu lebih baik dari pada mengerjakannya) dan hendaknya ia mengerti bahwa ia sesungguhnya telah mulai berjalan pada jalan orang-orang khawas, jalan orang yang dekat dengan الله yang diseru oleh الله pada hakikat tauhid dan yaqin tanpa campur tangan upaya dari hamba الله.
Adapun amal seorang hamba dimana memang seharusnya dilakukan, maka sesungguhnya amal itu sendiri tidak dapat lepas dari beberapa bahaya dengan adanya tuntutan ikhlash di dalamnya. Dan terkadang tidak dapat menghasilkan pahala-apapun di hadapan Dzat Yang Maha Menghitung.
Demikian pula perumpamaan keadaan ini adalah sebagaimana orang tertimpa bala dan ujian yang berat dari الله sehingga menghilangkan rasa kelezatan duniawi dimana hal ini dapat menghalanginya dari berbuat banyak amal kebajikan. Karena sesungguhnya yang ia kehendaki sebenarnya adalah abadi di dunia dengan kehidupan yang baik dan serba ni’mat. Sedangkan keadaannya yang serba kesulitan sehingga dalam menggapai pahala akhirat tidaklah mampu menandingi orang yang serba kecukupan karena mereka serba mudah dalam melakukan amal kebajikan. Oleh karena itu janganlah merasa rendah diri karena amal yang sedikit dalam kondisi yang serba minim.
Telah diriwayatkan sesungguhnya الله Ta’ala telah memberikan wahyu kepada sebagian Nabi-Nya, “Sesungguhnya Aku telah menurunkan bala’ (cobaan) kepada hamba-Ku namun mereka berdoa agar terlepas darinya. Maka tidak Aku kabulkan do’a mereka sehingga mereka mengadukan-Ku, maka Aku katakan kepada mereka,’Hamba-Ku…, bagaimana Aku bisa mengasihimu, tidak dengan sesuatu yang dengannya Aku mengasihimu’.
Demikian pula pada hadits Abi Hurairah RA bahwa RasuluLlah SAW bersabda, bahwa الله Ta’ala berfirman, “Apabila Aku memberi cobaan kepada hambaku yang mukmin kemudian ia tidak mengadukan-Ku kepada orang lain maka akan Aku ganti dagingnya dengan daging yang lebih baik daripada dagingnya, dan akan Aku ganti darahnya dengan yang lebih baik dari pada darahnya yang sekarang.”
Telah berkata Abu Muhammad bin ‘Aly At-Tirmidzy RA, “sesungguhnya dahulu aku pernah mengalami sakit yang cukup parah beberapa hari. Dak ketika الله telah menyembuhkanku, maka aku membuat perbandingan dengan ibadah jin dan manusia dengan ibadah yang aku lewati ketika aku menderita sakit, maka aku berkata dalam diriku, ‘jika aku disuruh memilih diantara pahala ketika aku menderita sakit dengan ibadah jin dan manusia, maka condonglah pilihanku dan pastilah keyakinanku dan mantaplah keyakinanku bahwa pilihan الله (dengan memberi sakit) lebih baik dan lebih mulia dan lebih besar manfaatnya pada kesudahannya, yaitu pemberian sakit.
Maka inilah yang dimaksud الله memberikan pemahaman kepada hamba-Nya. Oleh karena itu apabila الله memberikan ujian kepada hamba-Nya hendaklah hamba tersebut menyadari bahwa semua itu adalah pilihan الله untuk kebaikan bagi hamba-Nya baik di dunia maupun di akhirat.
Sebuah hikayat yang diceritakan oleh Abu Al-Abbas bin Al-‘Ariif rahumahumuLlah di dalam kitabnya minhaajus suluuki thariiqil iraadah, dikisahkan bahwa sesungguhnya الله pernah mema’murkan Islam di daerah Maghribi (daerah barat) melalui seseorang yang terkenal dengan nama Abil Khiyaar RahimahuLlah. Semoga الله memebri manfaat yang banyak kepada kita karena berkah beliau. Beliau berasal dari Suqlaih dan negerinya adalah Baghdad. Beliau hidup sampai melewati usia 90 tahun, selama itu beliau dalam keadaan berstatus sebagai budak yang tidak dibebaskan oleh tuannya. Jasad/tubuhnya dipenuhi oleh penyakit judzam akan tetapi dari kejauhan tercium bau minyak wangi misik dari tubuh beliau. Shaibul hikayat menceritakan “aku pernah melihat beliau melakukan shalat di atas air. Kemudian setelah itu saya bertemu dengan Muhammad Al-Asfanajiy dan aku dapati beliau dipenuhi penyakit baras (belang) pada seluruh tubuhnya. Maka aku berkata kepada beliau, ‘Wahai tuanku, sepertinya الله tidak memperoleh tempat untuk menurunkan bala’-Nya kepada musuh-musuh-Nya sehingga menurunkannya kepada kalian semua sedangkan kalian semua adalah para kekasih-Nya’”. Maka beliau berkata kepadaku, “diamlah dan jangan berkata seperti itu. Sesungguhnya apabila الله memuliakan kita dengan perbendaharaan pemberian-Nya maka kami tidak mendapati sesuatu yang lebih mulia dan lebih mendekatkan diri di sisi الله selain bala’ , maka kami meminta kepada-Nya. Maka bagaimanakah pendapatmu jika engkau melihat السيد الزهاد (pemimpin para zahid) dan quthbul Ibad dan Imamul Aulia – Imamnya para wali dan para autad yang tinggal di dalam sebuah gua di pegunungan Thurtus, dagingnya seakan bercerai berai, dan kulitnya mengalirkan nanah sehingga dikerumuni lalat dan semut. Apabila datang waktu malam hatinya tidak puas-puasnya ia berdzikir kepada الله dan mensyukuri atas rahmat yang telah diberikan kepadanya dan ia menganggap semua itu adalah keselamatan yang diberikan الله untuknya hingga ia mengikat dirinya pada sebatang besi menghadap qiblat pada seluruh malam yang dilaluinya sampai terbit fajar……



Sumber : Kitab Syarah al-Hikam
Jika berkenan silahkan mengcopy untuk di upload dengan mencantumkan/membuat link ke www.manakib.wordpress.com

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008