Senin, 23 November 2009

كل شيء هالك الا وجه



Segala sesuatu akan binasa kecuali Allah


Telah sepakat pendapat para ‘arifiin dan ahli hakikat demikian pula isyarah mereka atas apa yang tersebut di atas bahwa segala sesuatu selain الله pada hakikatnya adalah عدم (tidak ada) jika disandingkan dan disifatkan dengan wujud الله SubhanaHu wa Ta’ala, Karena apabila disifatkan sama dengan sifat-Nya maka sama saja sebagai penyekutuan ( الشرك ). Dan yang demikian ini berlawanan dengan kemurnian tauhid. الله SWT telah berfirman :Rata Tengah

كل شيء هالك الا وجهه
Segala sesuatu akan binasa kecuali الله.

Dan telah bersabda رسول الله SAW, “Sebenar-benar kalimat yang diucapkan di dalam sya’ir adalah,

ألا كل شيء ما خلا الله باطل : وكل نعيم لامحالة زائل
Ingatlah bahwa segala sesuatu selain الله adalah bathil
Dan segala kenikmatan sudah pasti akan sirna

الكون كله ظلمة وانما اناره ظهور الحق فيه.. فمن رأى الكون ولم يشهده فيه او عنده او قبله او بعده فقد اعوزه وجود الاانواروحجبت عنه شموس المعارف بسحب الاثار
Mohon dibaca pelan-pelan jangan tergesa-gesa dengan harapan dapat memahami isinya.



Alam secara keseluruhan adalah gelap, adapun yang menyinari (membuat tampak / wujud) adalah adanya penampakan الله SWT di dalamnya. Oleh karena itu barang siapa yang melihat alam semesta akan tetapi tidak melihat الله padanya, atau di dalamnya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka sesungguhnya ia kekurangan sinar Ilahi dan terhalang dari matahari ma’rifat oleh tebalnya awan semesta alam.

العد م (sesuatu yang tidak ada) adalah gelap, kosong atau nihil. الوجود (sesuatu yang wujud) adalah terang, nyata, ada. Alam semesta apabila disandingkan dengan Dzat-Nnya adalah gelap/kosong/عد م

Kemudia keadaan manusia bermacam-macam. Sebagian diantara mereka tidak melihat sesuatupun kecuali hanya alam semesta yang tampak di depan mata dan terhalang untuk dapat melihat Dzat Yang Menciptakan Alam. Maka yang demikian ini sesungguhnya mereka terhalangi oleh tebalnya awan (alam semesta) sehingga ia tidak dapat melihat Cahaya Yang Menampakkan alam.
Dan diantara mereka ada yang tidak terhalang dari Yang Menampakkan alam. Kemudian orang yang tidak terhalang dari melihat melihat Yang Menampakkan alam semesta itu bermacam-macam. Diantara mereka ada yang melihat Yang Menampakkan alam sebelum melihat alam. Golongan ini adalah mereka yang mendapatkan dallil penjelasan terhadap hakikat alam dari melihat adanya Dzat Yang Menampakkan alam terlebih dahulu kemudian menjadikan dalil bahwa alam itu ada yang mewujudkan yaitu الله SWT. Dan diantara mereka ada yang melihat Dzat Yang Menampakkan alam setelah melihat alam. Dan golongan inilah yang menjadikan alam sebagai dalil adanya Dzat Yang Menampakkan alam yaitu الله SWT.


مما يدلك على وجود قهره سبحانه أن حجبك عنه بما ليس بموجود معه

Salah satu hal yang menunjukkan sifat Maha Kuasa الله adalah dengan menghalangi engkau untuk dapat melihat-Nya dengan sesuatu yang sebenarnya tidak wujud / عدم(tidak ada).


Telah sepakat pendapat para ‘arifiin dan ahli hakikat demikian pula isyarah mereka atas apa yang tersebut di atas bahwa segala sesuatu selain الله pada hakikatnya adalah عدم (tidak ada) jika disandingkan dan disifatkan dengan wujud الله SubhanaHu wa Ta’ala, Karena apabila disifatkan sama dengan sifat-Nya maka sama saja sebagai penyekutuan ( الشرك ). Dan yang demikian ini berlawanan dengan kemurnian tauhid. الله SWT telah berfirman :


كل شيء هالك الا وجهه

Segala sesuatu akan binasa kecuali الله.
Dan telah bersabda رسول الله SAW, “Sebenar-benar kalimat yang diucapkan di dalam sya’ir adalah, "
ألا كل شيء ما خلا الله باطل : وكل نعيم لامحالة زائل
Ingatlah bahwa segala sesuatu selain الله adalah bathil
Dan segala kenikmatan sudah pasti akan sirna

Sayyid Abu al-Hasan Asy-Syadzili berkata, “sesungguhnya kami melihat kepada الله dengan pandangan iman dan yakin sehingga kami tidak memerlukan lagi dalil dan penjelasan. Dan dengan itu kami mendapat dalil tentang makhluk, yaitu adakah sesuatu yang wujud selain الله Yang Maha Esa dan Maha Kuasa ?, maka kami tidak mendapatinya. Jika ada tidaklah lebih mereka itu daripada seperti partikel debu di udara, jika diteliti sebenarnya mereka tidak pula berwujud sesuatupun”. Ibnu ‘Atha di dalam kitab At-Tanwir berkata, “Sesungguhnya segala sesuatu selain الله bagi para ahli ma’rifat tidak disifati sebagai sesuatu yang wujud / ada, karena tidak ditemukan sesuatu bersama-Nya disebabkan ketetapan sifat Ke-Maha Esaan-Nya.

Sebagian dari mereka berkata, “Jika aku diperintah untuk melihat selain-Nya niscaya aku tidak mampu karena sesungguhnya tidak ada sesuatu yang lain bersama-Nya”.

Dikatakan dalam sebuah sya’ir :

- Ketika aku tahu Dzat Yang Disembah, aku tidak melihat yang lain ><>
- Ketika berkumpul, aku tidak takut menjadi lemah ><>

- Katakan, dan abaikanlah yang wujud dan seisinya, Jika tidak maka akan tergolong yang ingkar secara sempurna.
- Karena sesungguhnya selain الله pada hakikatnya tidak ada baik secara terperinci maupun global.

- Adapun orang ‘Aarif, mereka lebur/luruh (fana) dengan tiada melihat sesuatu apanun selain المتكبر المتعالى Dzat Yang Maha Besar dab Maha Tinggi.
- Dan melihat yang lain secara hakikat adalah binasa pada masa seketika, atau masa lampau atau masa yang akan datang.


Dan telah banyak gubahan yang menerangkan hal tersebut di atas, dan apa yang disampaikan menurut kadar pencerapan mereka dan dzauq (rasa) mereka. Semoga الله melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka
Dan sesungguhnya didapati kebanyakan manusia terhijab (terhalang) dari الله SWT oleh sebab nafsu syahwat dinuawiyah mereka. Demikian pula derajat di akhirat dan kedudukan yang tinggi di sana, semua itu termasuk (الاغيار) / sesuatu selain الله. Dan telah pula dikemukakan di atas suatu pernyataan وجود قهره karena salah satu asma الله SWT adalah القهار . Dan apabila disingkapkan tabir dari mereka niscaya mereka lebur / luruh / fana dari diri mereka sendiri dan dari iradahnya, dan baqa (abadi) bersama Tuhannya, dan jadilah ia sebenar-benar hamba.

Sesungguhnya Abu Sa’id Ibnu Arabi telah ditanya tentang fana, maka ia menjawab,”Fana adalah jika tampak keagungan dan kebesaran
الله kepada seorang hamba, sehingga yang demikian itu membuat mereka lupa terhadap dunia dan terhadap akhirat dan terhadap ahwal (beberapa keadaan), dan derajat, dan maqamaat, dan adzkaar (dzikir), meluruhkan dirinya dari segala sesuatu dan dari akalnya dan dirinya, dan luruhnya ia dari segala sesuatu dan luruhnya ia pula dari keluruhan ( وعن فنائه عن الفناء ) karena ia tenggelam dalam keta’dziman akalnya.


Mereka berkata, sesungguhnya
فناء (luruh) itu ada tiga macam, pertama فناء (luruh) di dalam af’al (perbuatan), dan ini sesuai apa yang mereka katakan لافاعل الاالله (tidak ada yang berbuat kecuali الله. Kedua فناء (luruh) di dalam sifat, artinya

لاحي, ولاعالم, ولاقادر, ولامريد, ولاسميع, ولابصير, ولامتكلم في الحقيقة الاالله
Tidak ada Yang Hidup, dan Mengetahui, dan Kuasa, dan Berkehendak, dan Mendengar, dan Melihat, dan Berbicara kecuali الله.


Ketiga فناء (luruh) في الذات artinya tidak ada yang wujud secara mutlak kecuali الله.
Syair : Maka terjadilah fana, kemudian fana, kemudian fana. Maka kefanaannya itu menjadikannya baqa’ abadi.

Telah berkata Sayyidy Muhyidin, “barang siapa yang melihat kalau makhluk itu tidak dapat berbuat apa-apa (kecuali
الله yang menggerakkan), maka ia selamat. Barang siapa melihat makhluk bahwa tidaklah ada kehidupan atas mereka (karena Yang Maha Menghidupkan adalah الله maka dia telah mendapatkan hakikat. Dan barang siapa yang melihat makhluk sesungguhnya mereka itu bersifat ‘adam (tidak ada, karena Yang ada hanyalah الله) maka ia telah wushul / sampai



Sumber : Kitab Syarah al-Hikam

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008