Minggu, 22 November 2009

barang siapa yang mau memukul kepalaku ini maka akan aku beri kembang gula

ادفن وجودك فى الارض الخمل فما نبت مما لم يدفن لا يتم نتائجه
TANAMLAH DIRIMU DI DALAM BUMI YANG TERSEMBUNYI KARENA SESUATU YANG TIDAK TERTANAM DENGAN BAIK, MAKA TIDAK SEMPURNA HASILNYA.
Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi murid (yang berjalan mendekat ke hadirat Ilahi) kecuali keinginan untuk menjadi orang yang terkenal/masyhur dan tersiarnya berita tentang keistimewaan yang dimiliknya karena yang demikian ini adalah suatu hal yang paling besar yang disukai oleh hawa nafsu dimana perkara ini adalah sesuatu yang diperintahkan untuk ditinggalkan dan diperangi. Dan terkadang seorang murid yang terkontaminasi dengan keinginan-keinginan ini, yaitu keinginan untuk mendapatkan kedudukan di mata masyarakat, terkenal, dimana semua itu adalah bertentangan dengan sifat penghambaan kepada Dzat Yang Maha Agung yaitu Allah SWT. Padahal menanamkan diri dengan penghambaan yang tulus itu adalah hal yang paling penting bagi seorang murid yang berjalan mendaki maqam-maqam kedekatan dengan Allah SWT.
Ibrahim bin Adham berkata, “Tidak akan benar ibadah dan keyakinan seseorang kepada Allah SWT selama ia suka dengan kemasyhuran”.

Telah berkata Syaikh Ayyub As-Sukhtiyaany RA, demi Allah, belum benar seorang dalam penghambaannya kepada Allah SWT kecuali jika ia lebih suka bila kedudukannya tidak diketahui. Seorang laki-laki bertanya kepada Basyar bin Harits RA, “Berilah wasiyat kepadaku”. Maka Basyar menjawab, sembunyikan dzikirmu dan baguskan makananmu”.
Sebagian mereka berkata, “Tidaklah aku melihat seseorang yang suka jika ia menjadi terkenal dikalangan manusia melainkan akan hilanglah agamanya”. Dan dikatakan pula, “Tidak akan merasakan lezatnya akhirat orang yang menginginkan dirinya terkenal di antara manusia”.
Telah berkata Fudhail RA, “Telah datang kisah kepadaku bahwasanya Allah SWT telah berfirman kepada sebagian hambanya yang telah diberi ni’mat, “Bukankah Aku telah memberi ni’mat kepadamu, bukankah telah Aku tutupi aibmu, dan bukankah telah Aku sembunyikan dzikirmu”.
Dan sesungguhnya apa yang terdapat dalam kecintaan kepada terkenalnya diri dan keinginan mendapatkan kedudukan yang diistimewa diantara manusia adalah sesuatu yang dapat mengeruhkan ikhlas dalam ‘ubudiyah kepada-Nya. Karena terkadang dalam beribadah pandangannya jatuh kepada orang-orang yang melihatnya atau dalam beribadah terkadang pandangannya jatuh kepada keinginan nafsu yang mengajaknya kepada kesenangan dipuji dan dipandang mulia dihadapan manusia. Dan sudah pasti yag demikian ini akan mengeruhkan ikhlash dalam beribadah.
Oleh karena itu bagi seorang murid akan sulit terlepas dari semua hal yang tersebut di ataas kecuali apabila ia menempatkan dirinya pada tempat yang sunyi (amal ibadahnya tidak sampai diketahui orang lain) dan ia menganggap dirinya pada posisi yang rendah baik dihadapan dirinya maupun dihadapan manusia. Karena jika tidak demikian keadaannya maka hawa nafsunya akan meminta bagian untuk kesenangan. Selanjutnya ia merasa dirinya memiliki kelebihan yang akhirnya hawa nafsu akan mengaku-aku atau mendakwakan diri tentang keutamaannya dari orang lain, sehingga lupa pada tujuan awal dalam beribadah yaitu semata-mata menghambakan diri kepada Allah SWT.
Dan kalau seperti ini keadaannya, maka yang terjadi adalah bercampurnya amal ibadah dengan riya’ . Dan menurut kadar seberapa baik kita dapat menempatkan diri dalam tempat yang tersembunyi di dalam amal ibadah kita, maka sebesar itu pula nilai keikhlasan ibadah kita kepada Allah SWT, bahkan selamat pula dari penglihatannya kepada keikhlasan dalam ibadahnya. Dan dengan penjelasan ini akan menjadi tampak bagi kita kerugian seluruh manusia kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah SWT, dan menjadi terang bahwa ikhlas adalah hal yang sangat penting dalam beribadah kepada-Nya.
Ditanyakan kepada Sahal bin AbdiLlah, “Hal apa yang paling berat bagi hawa nafsu /” Maka beliu menjawab “Ikhlash, karena tidak ada bagian untuknya (hawa nafsu)”. Yusuf bin Al-Husain berkata, “Seberat-berat perkara di dunia ini adalah ikhlas. Dan berapa banyak orang yang bersungguh-sungguh agar terlepas dari riya’, akan tetapi seakan-akan riya’ itu masih saja tetap ada di dalam hati dalam bentuknya yang lain”.
Telah berkata Syaikh Abu Thalib Al-Makky RA, “Ikhlas bagi orang-orang mukhlishiin adalah mengeluarkan makhluk dari dalam hati ketika bermu’amalah kepada Al-Khaaliq. Dan ikhlash bagi para pecinta (muhibbiin ) adalah tidak melakukan amal karena tuntutan nafsu. Dan ikhlash bagi muhidiin (orang yang bertauhid) adalah mengeluarkan makhluk daripada melihat kepada perbuatan mereka, baik dalam gerak maupun diamnya.
Apabila seorang hamba dapat menempatkan dirinya pada tempat yang tersembunyi, selalu mengabadikan sifat tawadhu dan merasa hina diantara manusia, dan yang demikian ini dipelihara terus menerus sehingga menjadi akhlaknya, niscaya akan bersihlah hatinya dan bersinar dengan cahaya ikhlas dan akan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Tuhannya dan layak mendapatkan bagian daripada orang-orang yang dicintai Allah SWT.
Dan sebagian ahli tashawuf melakukan beberapa metode untuk mengobati penyakit gila pangkat dan kedudukan yang melekat di dalam hati bahkan terkadang metode yang dilakukan tampak bertentangan dengan syari’at zahir, akan tetapi mereka memperbolehkan untuk dilakukan bahkan memerintahkannya. Diantaranya adalah seperti kisah seorang-laki-laki yang mengenakan pakaian mewah. Pakaian itu kemudian ditutupinya dengan pakaian luar yang jelek dan murah. Kemudian ia memasuki sebuah tempat pemandian umum dan berusaha memperlihatkan pakaian dalamnya yang mewah. Yang demikian ini ia lakukan dengan maksud agar orang-orang melihat pakaian mewah yang ada di bagian dalam sehingga mereka mengira bahwa dia adalah seorang pencuri pakaian. Dan ketika ada orang yang melihat, maka mereka semua menangkapnya memukuli dan menuduhnya kalau ia adalah seorang pencuri. Dan mulai saat itu terkenalah ia sebagai seorang pencuri pakaian kamar mandi. Akan tetapi saat itu pula ia dapat menemukan ikhlash dalam hatinya.
Dan yang seperti terdapat dalam kisah yang diriwayatkan tentang Abu Yazid al-Busthami RA yang memerintahkan seseorang yang diketahui ada kesombongan di dalam hatinya, maka beliau memerintahkan untuk mencukur rambut dan jenggotnya kemudian menggantungkan sesuatu di lehernya yang dipenuhi dengan kembang gula, kemudian memerintahkannya untuk berjalan berkeliling negeri dan berkata kepada setiap anak kecil yang ditemuinya, “barang siapa yang mau memukul kepalaku ini maka akan aku beri kembang gula”. Dau kisah di atas adalah kisah yang masyhur yang diceritakan oleh al-Imam Al-Ghazali RA dan yang lainnya.
Apabila seorang hamba terus menerus berakhlak dengan akhlak dan riyadhah seperti ini niscaya akan matilah hawa nafsunya, hatinya akan menajdi hidup dekat kepada hadirat Ilahi dan memetik buah hasil tanamannya dengan sempurna. Adapun buahnya adalah iman dan hikmah yang tumbuhkan oleh Allah SWT ke dalam hati orang-orang yang tawadhu’ . barang siapa yang diberi hikmah sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang sangat banyak.
Nabi Isa AS bertanya kepada para sahabatnya, “Dimanakah tanaman bisa tumbuh ?”. para sahabat menjawab, “Di atas tanah”. Nabi Isa AS berkata, “Demikian pula hikman tidak akan tumbuh kecuali di dalam hati yang seperti tanah”.
Dan Abu Hurairah meirwayatkan dalam sebuah hadits dari RasuluLlah SAW yaitu kisah tentang seorang yang bernama Uwais Al-Qarny, “Pada suatu ketika saya berada di sisi RasuluLlah SAW dalam sebuah halaqah bersama para sahabat. Tiba-tiba RasuluLlah SAW bersabda, ‘besok pagi ada seorang ahli surga akan melakukan shalat bersama kamu sekalian’. Abu HUrairah RA melanjutkan ceritanya, “Maka aku menginginkan kiranya akulah lelaki yang dimaksud. Oleh karena itu aku datang pagi-pagi dan shalat di belakang RasuluLlah SAW. aku tetap tinggal di dalam masjid sampai semua orang pergi dan hanya tinggalah aku bersama RasuluLlah SAW. tak lama kemudian datanglah seorang laki-laki hitam dengan mengenakan sarung dari kain yang lusuh tak lama kemudian ia mendekat dan meletakkan tangannya di atas tangan RasuluLlah SAW dan berkata, ‘Yaa NabiyaLlah, do’akan saya dengan syahadah. Maka Babi SAW pun mendoakanya. Aku mencium bau harum minyak misik darinya, kemudian bertanyalah aku kepada RasuluLlah SAW, ‘Yaa RasuluLlah SAW apakah dia yang dimaksud ?’. maka RasuluLlah SAW menjawab ‘benar. Sesungguhnya ia adalah seorang budak dari bani Fulan.., jika Allah SWT menghendaki niscaya dijadikan-Nya ia sebagai seorang raja di surga. Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang bersih hatinya, yang tersembunyi, kepalanya berdebu, perutnya terisi dengan hasil pekerjaan halal, jika ia meminta izin kepada umara’ niscaya tidak akan diizinkan, jika melamar tidak ada yang mau menikah dengannya, jika ia pergi tidak ada yang merasa kehilangan, jika ia hadir tidak ada yang mengundangnya, jika ia kelihatan maka tidak ada yang senang dengan adanya dia, jika ia sakit tidak ada yang menjenguknya, jika ia mati tidak ada yang mengetahuinya...... ’.
Banyak kisah dan atsar yang menerangkan tentang terpujinya tersembunyi dan buruknya kemasyhuran.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008